Friday, 1 April 2022

131 Pendidikan Menekankan Pada Tindakan Nyata

Cerita Budi Pekerti 131

Pendidikan Menekankan Pada Tindakan Nyata

 

Ada seorang guru yang mengajar murid kelas 5, selain mengajar, setiap hari dia juga mengatur waktu selama 3 jam untuk mendalami buku Klasik ajaran insan suci dan bijak. Setiap pagi dia tiba di sekolah sangat awal, sendirian membaca ‘Di Zi Gui’ dan ‘Klasik Bakti’. Begitu muridnya masuk ke kelas, tadinya berniat pelan-pelan membuka bekal dan sarapan di kelas, melihat guru sudah duduk tegak dan membaca buku Klasik, anak ini segera berjalan ke tempat duduknya dan juga ikut membaca.

 

Maka itu, yang terpenting dalam pendidikan adalah memberikan teladan dengan tindakan nyata. Karena kesungguhan hati sang guru, prestasi belajar dan tata krama kelas mereka mengalami kemajuan yang sangat besar. Setelah melihatnya, Kepala Sekolah bertanya padanya: “Bagaimana cara kamu mengajar? Kenapa bisa demikian baik?” Guru ini berkata: “Oleh karena saya telah mengundang ratusan insan suci dan bijak terdahulu untuk mendidik murid-murid kami.”

 

Ada sebuah jilid buku berjudul ‘Cerita Budi Pekerti’, berisi lebih dari 700 cerita insan suci di dalamnya, dibagi dan disusun menjadi delapan kategori, delapan kategori ini adalah ‘Delapan Moralitas’, yang terdiri dari ‘bakti, persaudaraan, kesetiaan, dapat dipercaya, kesusilaan, kebenaran, kejujuran, dan tahu malu’. Setiap hari dia akan membacakan 2-3 cerita budi pekerti untuk murid-muridnya, setelah mendengarnya, anak-anak ini menjadi paham akan ‘melihat cerita insan suci segera jadikan teladan’.

 

Apalagi dengan ‘Di Zi Gui’ sebagai peraturan kelas, murid berbuat salah tidak akan menunggu guru yang kasih tahu, segera menyadari kesalahan diri sendiri. Misalnya berlarian di kelas dan akhirnya menabrak bangku, apa yang akan murid ini katakan? “Ketika belok di persimpangan jangan menyentuh sikunya”, “Mengerjakan sesuatu janganlah tergesa-gesa karena pasti banyak kesalahan”.

 

Ketika ada perilaku buruk yang muncul, anak-anak akan teringat “Tanpa unsur kesengajaan disebut kesalahan, jika sengaja dilakukan maka disebut kejahatan; Bila dapat memperbaiki diri tak mengulangi lagi maka kesalahan akan berangsur lenyap, namun bila sengaja ditutupi maka kesalahan menjadi bertambah lagi”. Maka itu, anak-anak mengerti untuk berani mengakui kesalahan dan memperbaikinya, takkan melemparkan kesalahan kepada orang lain dan menutupi kesalahan yang diperbuat, anak-anak juga akan teringat bahwa “Jika moralitas kita mengalami kecacatan akan memalukan Ayahbunda”.

 

Ketika generasi kita yang berikutnya bertemu masalah dapat mengingat ajaran ‘Di Zi Gui’, maka dia pasti akan melewati satu masa kehidupan ini dengan sangat berguna dan memiliki kemampuan untuk memengaruhi orang lain.

 

Kepala Sekolah mulai serius memperhatikan hal ini, lalu mengundang guru di sekolah kami untuk memberikan ceramah sebanyak dua kali kepada guru-guru di sekolahnya, kami juga memberikan kelas ‘Di Zi Gui’ untuk mereka. Maka itu, jika seseorang bertekad ‘meneruskan dan melindungi ajaran insan suci terdahulu’, kemampuannya memengaruhi orang lain tidak akan berhenti berkembang, terhadap tekadnya ini dia akan sangat disiplin menerapkannya, sehingga hari demi hari semakin bagus.

 

Guru ini menjalin komunikasi dengan kami selama setengah tahun, kemudian dia pun mulai mengikuti saya ke Tiongkok guna memberikan ceramah, tidak ingin pengalamannya hanya berkembang di sekolahnya, namun masih ingin membagikannya kepada guru dan orang tua di daerah lainnya.

 

Dikutip dari: Ebook “Cerita Budi Pekerti”

(Kompilasi Seputar Kehidupan)

Pembicara: Guru Cai Li-xu

Edisi: Tahun 2008

 

【生活集锦】

教育首重  以身作则

 

有一位老师是教五年级,他除了教书以外,每天还安排三个小时深入圣贤经典。每天早上他都是很早到学校,自己读诵《弟子规》、《孝经》。他的学生一进门,本来还拎着早餐准备慢慢地吃,看到老师已经正襟危坐在读经,小孩立刻走到自己的坐位,坐下来把经书拿起来跟着念。所以,教育最重要的是以身作则。由于他的用心,他们班的成绩还有礼貌都有很大的进步。

 

校长看了以后,就问他:「你们班是怎么教的,怎么会教得这么好?」这位老师跟校长说:「因为我请了数百位古圣先贤来教我们的学生。」有一套书叫做《德育故事》,里面有七百多个圣哲人的故事,分成八个单元来编排,这八个单元就是「八德」,即「孝悌忠信,礼义廉耻」。他每天跟学生讲两、三个德育故事,这些孩子听了以后,懂得见贤思齐。

 

又以《弟子规》做为班规,学生犯错不等老师讲,自己就会知道错在哪里。比如说在教室里奔跑,结果撞到椅子,学生会说什么?「宽转弯,勿触棱」、「事勿忙,忙多错」。当孩子有不好的行为出现,孩子会想到「无心非,名为错,有心非,名为恶;过能改,归于无,倘掩饰,增一辜」。所以,孩子懂得勇于认错,勇于改过,不会推诿,不会掩饰,也会想到「德有伤,贻亲羞」。

 

当我们的下一代遇到事情,都能提起《弟子规》的教诲,他这一生一定会过得很充实,也会很有影响力。校长开始重视了,就邀请我们中心的老师去向全校的老师做两次演讲,我们也把《弟子规》送给他们。所以,一个人立定志向要「为往圣继绝学」,他的影响力就会不断扩展,他对自我的要求就会非常严格,就能「苟日新,日日新,又日新」。这位老师跟我们接触了半年时间,他就开始跟着我到中国大陆去演讲,把他的经验不只在学校推展开来,还贡献给其他地区的老师和家长。

 

【德育故事 ~ 小故事 真智慧】

         ~蔡礼旭老师 讲述~