Cerita Budi Pekerti 05
Mantel Buatan Bunda
Pada periode musim semi dan musim gugur, ada seorang
putra berbakti bernama Min Zi-qian, Ibundanya sudah meninggal, Ayahnya menikah
lagi dan memiliki dua anak laki-laki. Ibu tiri selalu memperlakukannya dengan
tidak baik. Suatu tahun di musim dingin, Ibu tiri membuatkan mantel dari bunga
alang-alang untuknya dan untuk adik-adiknya terbuat dari kapas. Mantel dari
bunga alang-alang kelihatan halus tapi tidaklah hangat.
Kebetulan Ayah mengajaknya keluar dan memintanya memandu
kereta kuda. Karena cuaca dan angin yang terlalu dingin serta mantel yang tidak
hangat, membuatnya menggigil kedinginan. Ayahnya sangat marah melihatnya,
mantel sebegitu tebalnya masih gemetaran, apakah bermaksud ingin merendahkan
Ibu tiri. Dalam kemarahan, mengambil cambuk dan memukuli Min Zi-qian. Saat
mencambuk, mantel menjadi robek, bunga alang-alang pun beterbangan. Ayahnya
baru mengerti dan sangat marah, ternyata Ibu tiri sudah menindas putranya
sendiri. Sesampainya di rumah, langsung ingin mengusirnya.
Min Zi-qian tetap bersikap tulus terhadap Ibu tirinya.
Saat seperti ini cuma ada satu niat pikirannya, sambil berlutut berkata kepada
Ayahnya: “Ayah, jangan mengusir Bunda, karena Bunda ada maka hanya satu anak
kedinginan, sebaliknya kalau Bunda tidak ada, maka tiga anak akan kedinginan.
Saat ada Bunda, hanya saya sendiri yang merasakan kedinginan, jika Bunda pergi,
pada saat bersamaan saya dan adik-adik akan kedinginan dan kelaparan.”
Keadaan ini tidak membuat rasa bakti dan ketulusan Min Zi-qian
berkurang, bahkan masih memikirkan kebahagiaan saudara dan keluarganya.
Ketulusan ini membuat amarah Ayahnya reda dan membuat Ibu tirinya merasa malu.
Rasa bakti dan ketulusan Min Zi-qian sudah merubah keburukan dikeluarganya
menjadi harmonis dan bahagia. Jadi, “Jika Ayahbunda tak menyukai kita namun
kita tetap dapat berbakti maka tak jauh dari taraf insan suci.” Kita harus
selalu mengingat, “Pembinaan moralitas diri masih belum mencukupi”, maka “Takkan
sanggup menggugah dan mempengaruhi orang lain”, selamanya takkan melupakan
ketulusan, sehingga setiap saat dapat menjaga orang-orang di sekeliling kita.
Dikutip dari: Ebook “Cerita Budi Pekerti”
( Seputar “bakti”
)
Pembicara: Guru Cai Li-xu
Edisi: Tahun 2008
德育故事 ~【 孝 】
单衣顺母
春秋时代,有个孝子叫闵子骞。他的母亲去世比较早,父亲娶了继母,又生了两个弟弟。继母对他不好,常常虐待他。一年冬天,继母用芦花给他做衣服,而给他的两个弟弟做的是棉衣。芦花做衣服看起来很蓬松,但是不保暖。刚好他父亲带他外出,让他驾马车。因为天气太冷,冷风飕飕,衣服又不保暖,所以他就冻得发抖。父亲看了以后很生气,衣服已经穿得这么厚了还在发抖,是不是有意要诋毁继母。一气之下,就拿起鞭子抽打闵子骞。结果鞭子一打下去,衣服破了,芦花飞出来,父亲这才明了,原来是继母虐待自己的孩子,所以很生气。回到家里,当下就要把他的后母休掉。
闵子骞对他的后母还是一味的真诚。在此时只有一个念头,跪下来跟他的父亲说:”父亲,不能赶后母走,因为 “母在一子寒,母去三子单”。有母亲在的时候,只有我一个人寒冷,假如母亲走了,我和两个弟弟同时都要挨饿受冻。”
在这种情形之下,闵子骞至诚的孝心丝毫不减,而且还想到兄弟和家庭的和乐。这一分真诚让他的父亲息怒,这一分真诚也让他的后母生起惭愧之心。闵子骞这分真诚的孝心转化了家庭的恶缘,致使家庭从此幸福和乐。所以,”亲憎我,孝方贤”。我们时时处处想着 “德未修”,所以 ”感未至”,真诚就能永不忘失,能时时提起关照。
【 德育故事 ~ 小故事 真智慧 】
【 讲述 ~ 蔡礼旭老师 】