Cerita Budi Pekerti 73
Bakti dan Hormat Adalah Tangga Menuju Sukses
Setiap kali mengajar, di pelajaran pertama saya akan menggambar
dan bertanya pada para murid: “Anak-anak sekalian, ini apa?” Saya beritahu
mereka ini adalah puncak gunung es, puncak gunung es ini hanya menempati 5%
dari gunung es itu sendiri. Saya bertanya apakah mereka pernah melihat gunung
es? Anak-anak ini bilang pernah melihatnya. Saya bilang yang mereka lihat
hanyalah puncaknya saja. 95% dari gunung es ini berada di dalam laut, masih
belum berkembang.
Potensi (kemampuan) manusia serupa dengan gunung es, telah
terkubur sebagian besarnya. Bagaimana supaya 95% ini bisa berkembang? Hari ini
guru akan memberi kalian dua buah kunci guna mengembangkan kemampuan. Kunci
pertama adalah ‘Berbakti’, dan kunci kedua adalah ‘Kesusilaan’. Inti dari
kesusilaan adalah rasa hormat.
Saya memberitahu mereka, pada zaman dulu Kaisar Shun bisa
sangat bijaksana dikarenakan sikap baktinya. Oleh karena moralitas dan kebijaksanaannya
yang tinggi, seluruh rakyat di negerinya mencintai, menghormati dan
meneladaninya, maka itu kemampuannya berkembang dengan sangat baik.
Yang kedua adalah kesusilaan dan rasa hormat. Saya bilang
ke anak-anak, oleh karena guru kalian ini sangat sopan, makanya bisa kenal
dengan Paman Lu, dan dapat belajar dari kebijaksanaan dan pengalaman beliau,
supaya bisa terus mengembangkan kemampuan diri sendiri.
Usai pelajaran pertama, mulai ada perubahan pada
anak-anak. Sejak hari itu, ketika bertemu dengan guru dan orang tua murid
lainnya, mereka akan membungkuk dan menyapa. Oleh karena itu, mengajarkan
kebaikan jangan terlalu berlebihan, mulailah dari yang paling sederhana! Asalkan
bersedia membungkuk, maka pada akhirnya kebaikan ini dapat dikembangkan dari
luar ke dalam.
Banyak
orang mengatakan bahwa,
ada beberapa orang berbuat baik
hanya ingin memperoleh balasan baik. Apa yang salah jika ingin memperoleh
balasan baik? Selama yang dia lakukan dapat memberi manfaat bagi orang lain, inilah
yang disebut ‘Melihat orang berbuat baik segera jadikan teladan’. Pada awalnya
dia berbuat baik memang ada tujuannya, lalu melihat banyak sekali orang yang
memprihatinkan, maka hati baiknya yang semula sudah ada akan
timbul dengan sendirinya.
Apabila kita hanya berdiri saja dan berkata bahwa dia
berbuat baik hanya ada maunya. Bukankah kita hanya melihat kesalahan orang
lain, sedangkan kita sendiri tidak berbuat apa-apa, lalu apa hak kita
mengkritiknya! Maka itu, ketika orang lain sudah berbuat baik, walaupun dia ada
maunya ataupun tidak, kita seharusnya memuji dan ikut bersukacita dengan jasa
kebaikannya. Orang yang berbuat baik ini akan merasa terdorong dan tanpa
diminta dia pun akan semakin bersukacita melakukannya. Inilah dua buah kunci
pembuka kebijaksanaan yang saya berikan untuk anak-anak. Kapankah kunci ini
bisa digunakan? Tidak ada batasan usia untuk kedua buah kunci ini, di usia 80
tahun juga bisa.
Ketika saya memberi ceramah di Hangzhou, ada seorang
senior berusia 70 tahun, pada hari ke-4, saat sedang beristirahat di tengah ruangan,
beliau menghampiri dan menyampaikan sebuah kalimat. Dia bilang: “Guru Cai,
pelajaran pertama dalam hidup manusia adalah ajaran bakti, saya baru memulainya
di usia 70 tahun.” Baru dimulai maka belum terlambat. Konfusius berkata: “Kebenaran
telah dipahami, mati pun tiada menyesal.” Apabila sudah memahami kebenaran dan
bersungguh-sungguh mengamalkannya, maka satu masa kehidupan ini takkan dilewati
dengan sia-sia.
Ketika saya memberi ceramah di Shanghai, baru saja selesai
berbicara tentang ‘Prinsip berbakti’ di hari pertama, ada seorang senior
berusia 60 tahun yang datang bersama putranya. Usai mengikuti pelajaran di hari
pertama, sebelum makan, senior ini begitu bersemangatnya menghampiri kami para
guru. Dia bilang akhirnya dia paham mengapa dia melatih diri sudah belasan
tahun masih merasa tidak ada peningkatan? Belajar bagaimanapun masih merasa
sebutir hati ini tidak cukup tulus dan hormat, selama ini tidak bisa menemukan penyebabnya.
Usai mendengar ‘Prinsip berbakti’, barulah dia
tercerahkan, ternyata lantai pertamanya masih belum tertutup baik, dia sudah
menutup lantai yang ketiga. Dulu dia sempoyongan karena tidak memiliki
landasan, akhirnya sekarang dia menemukan penyebabnya. Setelah paham dan hati
tenteram, barulah setiap langkah yang diambilnya akan teguh dan kuat.
Dikutip dari: Ebook “Cerita Budi Pekerti”
( Seputar
“Bakti dan Hormat” )
Pembicara: Guru Cai Li-xu
Edisi: Tahun 2008
教化实例 ~ 【孝敬篇】
孝敬是成功人生的阶梯
我每次给孩子们上课,第一节课我就画了一张图问他们:‘诸位小朋友,这是什么东西?’我跟学生说这是冰山,是冰山的一角,冰山的一角只占冰山的百分之五。我问他们是否见过冰山?他们都说见过。我告诉他们,你们见到的冰山只是冰山的一角。全部的冰山百分之九十五在海底,还没有开发。人的潜力就跟冰山一样,大部分都被埋没了。怎样才能把这百分之九十五开发出来?老师今天送你们两把开发潜能的钥匙。第一把是‘孝顺’,第二把是‘礼貌’。礼貌的本质就是恭敬心。我告诉他们,古代舜王就是因为孝顺,所以智慧很高。不但智慧很高,还因为他的智慧和德行赢得全国人民的爱戴、推崇以及效法,所以他的潜力发挥得非常好。第二个是礼貌、恭敬。我跟小朋友说,老师因为很有礼貌,所以认识卢叔叔,就能学到他的智慧和经验,使自己的能力不断地开发出来。
那一节课讲完了,孩子们都有转变。从那一天起,看到老师、其他家长时,孩子们都会鞠躬问好。因此,教人之善勿太高,从最浅近处教起!只要肯鞠躬,鞠到最后,就由外化到内了。很多人都说,有些人去行善都想要得到好的果报。想要有好的果报有什么不好?只要他做出来的事,可以让其他人得到好处,就是‘见人善,即思齐’。他最初行善是有目的,后来看到很多可怜的人,他那颗本来善良的心就自然引发出来。假如我们只站在旁边说,他是有求而行善。我们只是在看别人的过失,自己却停在原地不动,那我们又有什么资格去批评人家!所以,当别人已经在行善,无论他有求、无求,我们都应该称赞,随喜功德。那行善的人就会受到极大的鼓舞,自然而然愈做愈欢喜。这就是我送给孩子们开智慧的两把钥匙。
何时可以开智慧?这两把钥匙没有年龄的限制,八十岁也行。我在杭州演讲时,有位长者七十岁,我讲到第四天,在中场休息时,他过来跟我讲了一句话。他说:‘蔡老师,人生的第一课是孝道,我七十岁才开始上。’有开始就不晚。孔夫子说:‘朝闻道,夕死可矣。’只要明白道理,真正去做,这一生绝不空过。
我在上海演讲时,第一天刚好把‘入则孝’讲完,有一位长者六十岁,带着儿子一起来听。第一天上完课,吃饭以前,他就到我们老师这边,心情很激动。他说他终于知道他修身十多年,为什么还觉得修不上去?怎样学都觉得这一颗心还是不够真诚、恭敬,一直找不到原因。听完‘入则孝’之后,他才恍然大悟,原来他第一层楼没有盖好,就盖第三层了。他从前摇摇晃晃就是没有基础,现在终于找到原因。理得而心安,从此以后,他所跨出的每一步才会扎实有力。
【 德育故事 ~ 小故事 真智慧 】
【 讲述 ~ 蔡礼旭老师 】