Cerita Budi Pekerti 113
Ucapan Sejalan Dengan Tindakan
Ketika ucapan kita dapat dipercaya, maka akan memenangkan
rasa hormat dari anak-anak. Dulu ketika masih mengajar, saya tidak pernah
mengucapkan sepatah kata pun yang dapat membuat murid-murid jadi tidak percaya
pada diriku. Ketika apa yang anda ucapkan benar-benar telah anda laksanakan,
maka murid-murid akan sangat menghormati anda.
Teringat pada tahun pertama saya menjadi guru pembimbing, suatu kali diadakan kompetisi olahraga, semua murid sedang berbaris di lapangan, tentu saja kami para guru juga ikut berdiri di sana mendampingi para murid. Kebetulan ada sesuatu yang ingin diambil, saya pun berjalan kembali ke kantor, tanpa sengaja berpapasan dengan seorang orang tua murid membawa beberapa botol minuman, sedang menuju ke kelas.
Mengapa orang tua murid ini mengambil kesempatan di saat
para murid sedang berbaris, membawa minuman ke kelas? Oleh karena tak enak
hati. Bisa dilihat, orang tua murid ini sangat jarang datang ke sekolah, ini
juga menunjukkan bahwa dia sangat jarang berkomunikasi dengan guru. Mengapa
bisa jarang berkomunikasi dengan guru? Sebagai guru, kita juga mesti
mengintrospeksi diri kita. Ketika kita semakin memberi perhatian terhadap
anak-anak mereka, mungkin akan mengerahkannya berinisiatif membicarakan siklus
pendidikan dengan kita. Maka itu harus sering memanfaatkan buku kontak memuji anak
mereka, dengan sendirinya jembatan komunikasi antar guru dan orang tua akan
terbangun.
Saya pun mulai berbincang dengan dia. Perhatikan, saat
sedang berbincang dengan seseorang, kita mesti menggenggam sebuah prinsip, bertatap
muka maka harus melontarkan beberapa kalimat pujian. Anda dapat memuji anaknya
atau memuji kelebihannya. Semua orang pasti senang jika dipuji. Pada saat anda
memuji anaknya, hatinya akan tumbuh rasa sukacita, dia akan merasa dihormati.
Apabila bertemu orang tua murid, segera diawali dengan
membicarakan satu per satu masalah anak-anak mereka, dia akan merasa sangat
tidak nyaman. Jadi, kita mesti menjaga perasaan orang lain. Saya pun mulai
menceritakan kelakuan baik anaknya selama periode ini padanya, supaya dia juga
memiliki pemahaman.
Orang tua murid ini berkata: “Guru, anak saya lebih
menghormati anda.” Oleh karena kelas 6 dan kelas 5 yang saya bimbing ini sesungguhnya
adalah kelas bimbingan guru lain. Dia bilang: “Saat makan siang, Guru Cai
selalu mulai makan bersama para murid.” Sebenarnya saya bukan memulai makan
bersama mereka, saya hanya menunggu para murid sudah duduk dengan baik baru
mulai makan, dengan peribahasa mendidik mereka, oleh karena peribahasa setempat
mengandung filosofi hidup yang sangat mendalam.
Umpamanya, ada sebuah pepatah dalam bahasa Hokkien Taiwan
‘Akar pohon yang berdiri kokoh, takkan gentar diterpa angin topan’, kalimat ini
sangat pas digunakan dalam pendidikan etika moral. Jika akar kebajikan belum
ditanam dengan kokoh, semakin tinggi potensi yang dimiliki si anak maka akan
semakin berbahaya, oleh karena lingkungan luar penuh dengan godaan, semakin mudah
tercemar oleh sampah batin, terlebih lagi jika tidak bisa menahan godaan, semakin
tinggi memanjat maka jatuhnya akan semakin menyakitkan.
Setelah ini, mereka pun mulai makan, saya akan
berkeliling sambil mengucapkan kalimat ‘Di Zi Gui’ ‘Janganlah memilih-milih
makanan’ mendidik mereka guna memperkokoh norma hidup mereka, tidak boleh
memilih-milih makanan. Melihat murid yang makan sedikit sayuran, saya segera
berkata padanya: “Apakah kamu ingin guru membantu mengambilnya untukmu?” Dia
pun jadi ketakutan, lalu bergegas keluar dan mengambil lebih banyak sayuran
hijau, pola makan seperti ini barulah akan seimbang.
Maka itu, seringkali ketika saya kembali duduk dan
bersiap ingin menyantap hidangan, sudah ada 2-3 murid yang sudah selesai makan.
Oleh karena itu, setiap kalimat yang pernah kita ucapkan, baik sengaja maupun
tidak sengaja, murid-murid akan melihat dan mengingatnya. Ketika apa yang anda
ucapkan bisa konsisten dengan tindakan anda, barulah benar-benar mampu
memenangkan rasa hormat dari para murid.
Dikutip dari: Ebook “Cerita Budi Pekerti”
( Seputar “Belajar
Pendidikan Etika Moral” )
Pembicara: Guru Cai Li-xu
Edisi: Tahun 2008
教化实例 ~ 【教学锦囊篇】
言行相应
当我们言而有信,就会赢得孩子的尊敬。我以前在教书的时候,不经意的一句话都不能失信于学生。当你所说的话都真正做到了,学生对你就会很尊重。记得我第一年当班导师,有一次开运动会,所有的学生都到操场排队,当然我们也站在那里陪学生。我刚好有东西要拿,就走回办公室,正好撞见了一位家长提着一些饮料,要到我们教室去。这位家长为什么趁着学生都去排队的时候,把饮料拿上来?不好意思。看得出来,这位家长很少到学校来,这也说明他很少跟老师沟通。为什么家长很少来跟老师沟通?当老师的也要自我反省。当我们对他的孩子愈关心,可能会调动他的一种主动来跟我们沟通联系的良性循环,所以要常常利用联络簿多多称赞他的孩子,自然而然沟通的桥梁就能搭上。
我就开始跟他聊天。要注意,我们跟任何人谈话,要抓住一个原则,见到人家就要夸奖几句。你可以称赞他的孩子,也可以称赞他的优点,我们都欢喜别人对我们赞叹。当你称赞他的孩子,他的内心会喜悦,会觉得受到尊重。假如一遇到家长,立刻就开始把他孩子的问题一一点出来,他会觉得很不好受。所以,我们要随顺人情,与人交谈。我就开始把他孩子这段时间的好表现跟他分享,也让他有所了解。
这位家长就说:「老师,我的孩子比较尊重你。」因为我带的这个班是六年级,五年级是另外一个老师带的。他说:「吃中饭的时候,蔡老师都是跟学生一起开动的。」其实我不是跟学生一起开动,我是等学生坐好了,我教他们一句俚语,因为地方俚语都含有很深的人生哲理。比如说,闽南话有一句「树头站得稳,不怕树尾做台风」,这句话用在德行教育就相当契合。当孩子德行之根还未扎好,他的能力愈高就愈危险,因为外面充满了诱惑,愈有能力的受到环境的污染,又禁不起诱惑,会爬得愈高摔得愈重。
教完以后,他们开始用餐,我就走下去巡视,「对饮食,勿拣择」,用《弟子规》来加强他们的生活规范,不可以偏食。看到学生吃菜都夹一小口,我马上跟他说:「要不要老师帮你服务一下?」他就很害怕,自己赶快出去多夹一些青菜,这样饮食才会均衡。所以,往往我坐到讲桌准备吃饭时,已经有两、三个学生吃饱了。因此,我们不经意的一句话,学生都看在眼里,记在脑里。当你所说跟所做的言行一致,才能真正赢得学生的尊重。
【德育故事 ~ 小故事 真智慧】
~蔡礼旭老师 讲述~