Tuesday, 2 November 2021

115 Menerapkan Teori Secara Fleksibel

Cerita Budi Pekerti 115

Menerapkan Teori Secara Fleksibel

 

Ketika saya sedang mengajar ‘Di Zi Gui’, seorang guru meneleponku, dia bilang bahwa ajaran insan suci dan bijak sudah tidak bernilai lagi. Sekarang hambatan bagi banyak orang guna menuntut ilmu ada di sini, diri sendiri masih belum memahami secara mendalam ajaran insan suci dan bijak, sudah terlebih dulu mengkritik insan suci dan bijak. Maka itu, rasa angkuh tidak boleh dipelihara, begitu keangkuhan timbul maka sudah terpisah jauh dari ajaran insan suci dan bijak, tidak berdaya memahaminya.

 

Tentu kita juga tidak boleh bilang: “Anda tidak boleh mengkritik ajaran insan suci dan bijak”, sehingga lawan bicara tidak bisa menerimanya. Saya bilang: “Mohon petunjuk dan bimbingannya, kalimat mana dari insan suci dan bijak yang sudah tidak bernilai?” Guru ini segera berkata: “Memberikan salam kepada Ayahbunda pada pagi dan malam hari.”

 

Saya lanjut bertanya padanya: “Mengapa anda merasa ucapan ini sudah tidak bernilai lagi?” Dia bilang: “Pagi hari memberi salam sekali, malam hari mesti memberi salam sekali lagi, sehari harus memberi salam dua kali, terlalu merepotkan.” Orang masa kini memiliki alasannya tersendiri, saya pun tidak langsung bilang padanya: “Anda sudah keliru”, kalau saya berkata demikian, dia pasti tidak sudi menerimanya.

 

Seperti kata pepatah: “Meskipun anak berlinang air mata merindukan Ayahbunda yang terpisah ribuan mil, tidaklah sebanding hati Ayahbunda yang memikirkan anaknya.” Sesungguhnya masih ada sebagian anak berbakti yang terpisah ribuan mil jauhnya akan berlinang air mata merindukan Ayahbunda. Tidaklah sebanding hati Ayahbunda yang memikirkan anaknya, maksudnya adalah tidak sebanding hati Ayahbunda di rumah yang tidak berhenti merindukan anak mereka sepanjang waktu.

 

Dalam bahasa Hokkien Taiwan terdapat sebuah kalimat: ‘Kasih sayang Ayahbunda kepada anaknya ibarat air yang mengalir, tidak pernah terputus’, namun sayangnya ‘Anak memikirkan Ayahbunda ibarat angin di pucuk pohon’, sekali berhembus maka sudah tak ada lagi, selang waktu lama baru berhembus lagi. Maka itu, rasa rindu kita terhadap Ayahbunda jika dibandingkan dengan kasih sayang dan perhatian Ayahbunda terhadap kita, benar-benar tidak sebanding.

 

Saya lanjut berkata pada guru ini: “Sepanjang waktu Ayahbunda begitu memikirkan diri kita, ketika kita bangun di pagi hari menyapa, selamat pagi Papa Mama, apakah semalam nyenyak tidurnya? Begitu melihat anaknya pagi-pagi sudah mengerti untuk menyapa Ayahbunda, mereka akan sangat bahagia, seperti yang dikatakan ‘Manusia jika bertemu hal yang membahagiakan, pasti akan jadi bersemangat dan bersukacita’, mana ada hal yang lebih membahagiakan Ayahbunda selain bakti anak!

 

Sore hari pulang ke rumah segera menyapa Ayahbunda lagi, melihat semangat anaknya masih bagus hari ini, menandakan bahwa dia belajar dengan giat di sekolah, tidak berseteru dengan teman sekolah, Ayahbunda pun menjadi tenang. Asalkan kita menyapa pada pagi dan malam hari, maka mampu mengurangi sangat banyak kekhawatiran Ayahbunda.

 

Sebagai putra putri, dalam hal keuangan dan kebutuhan hidup, kita masih belum memiliki kemampuan untuk membantu Ayahbunda, namun setidaknya lakukanlah hal yang bisa mengurangi kekhawatiran mereka. Setelah saya membimbingnya dengan cara ini, guru ini berkata: “Guru Cai, anda memahami budaya warisan leluhur dengan sangat baik.” Dia sudah tidak mengatakan lagi bahwa kalimat ini tidak bernilai. Begitu dia bilang begitu, saya langsung membantahnya: “Tidak tidak, anda terlalu memujiku.”

 

Guru yang satu ini memang hebat, dia memujiku seperti ini, memberiku sebuah serangan balik, dengan keras kepala dia berkata: “Guru Cai, anda sendiri juga tidak menerapkannya.” Dia tahu bahwa saya meninggalkan kampung halaman (Taiwan) untuk mempromosikan budaya warisan leluhur di Haikou (Ibu Kota Provinsi Hainan, Tiongkok), maka itu berkata bahwa saya sendiri tidak menerapkan ‘Memberikan salam kepada Ayahbunda pada pagi dan malam hari’.

 

Seorang insan terdidik paling takut orang lain mengatainya, beda ucapan beda pula perbuatan, namun dia bertanya begitu, saya juga tidak gugup. Saya pun menjelaskan padanya: “Apabila sekarang saya menyapa sekali di pagi hari, lalu sekali lagi di malam hari, Mama saya pasti akan marah, Mama akan bilang apakah kamu tidak tahu tarif telepon jarak jauh itu mahal?”

 

Belajar itu tidak boleh kaku, harus fleksibel. Kita menyapa Ayahbunda setiap pagi dan malam hari adalah agar hati mereka tenang, namun jika hal ini dilakukan hanya agar Ayahbunda khawatir, bahkan menghamburkan begitu banyak uang, maka ini sudah bertentangan dengan yang diharapkan.

 

Kita sudah dewasa, yang benar-benar dapat memberi ketenangan hati bagi Ayahbunda, jelas bukan karena sehari anda menelepon tiga atau lima kali, namun bagaimana anda menjadi seorang yang beretika moral dan terdidik, dalam hidup bermasyarakat dapat menjadi insan yang dapat dipercaya, jadi mesti menitikberatkan pada karakter diri dan bukan pada formalitas.

 

Saya secara rutin menelepon pulang seminggu se-kali, pada saat itu Mama saya begitu mendengar ada telepon masuk langsung bisa tahu, beliau akan bilang ini adalah telepon dari putra-ku. Terkadang terlalu kangen sama Mama, selang tiga hari menelepon lagi, beliau akan mendapat kejutan yang tak terduga.

 

Oleh karena itu, kita harus menangkap intinya, sehingga dapat menggunakan ajaran insan suci dan bijak secara fleksibel, dalam segala kondisi kehidupan dapat membuat Ayahbunda bersukacita, dan semua kerabat dan sahabat kita, dapat merasakan di dalam budaya warisan leluhur Tiongkok tersirat makna yang sangat mendalam.

 

Dikutip dari: Ebook “Cerita Budi Pekerti”

(Kompilasi Seputar Kehidupan)

Pembicara: Guru Cai Li-xu

Edisi: Tahun 2008

 

【生活集锦】

道重实质不重形式

 

我在教《弟子规》的时候,有一位老师打电话给我,他说圣贤教诲有糟粕。现在很多人求学问的障碍就在此,自己还没有深入圣贤学问,就先批判圣贤。所以,傲不可长,一傲慢就跟圣贤学问隔了一层,入不进去。当然我们也不能说:「你不可以批评」,这样对方不能接受。我就说:「请教一下,哪一句是糟粕?」这位老师马上说:「晨则省,昏则定,是糟粕。」我接着请教他:「为什么你觉得这一句是糟粕?」这位老师说:「早上问一次,晚上又要问一次,一天要问两次,太麻烦了。」

 

现在每个人都有他的一套道理,我就没有正面跟他说:「你错了」,这样讲他也不能接受。俗话说:「纵有万里思亲泪,不及高堂念子心。」确实还是有一些孝子在万里之外思念父母会流下泪来。不及高堂念子心,是说比不上家里的父母无时无刻不在思念孩子的那分心。闽南话有一句叫做:「父母疼子长流水」,就是说父母思念孩子就像水一样,细水长流,从未中断。可惜「子想父母树尾风」,孩子想父母就好像一阵风,吹过来就没了,隔了很久再吹一下。所以,我们对父母的思念,与父母对我们的关怀,真是无法相比。

 

我接着就跟这位老师说:「父母如此时时刻刻在念着我们,当我们早上起来去跟父母问安,爸爸、妈妈早上好,昨天睡得好吗?」父母一看,孩子一大早就懂得跟父母问安,他们就很愉快,所谓「人逢喜事精神爽」,哪有比孩子孝顺更能让父母欢喜的事!下午回到家里赶快再跟父母问安,父母一看,孩子今天精神挺好,说明在学校学习很认真,没有跟同学发生冲突,父母也很放心。我们只要早晚问安,就能让父母减少很多担忧。做子女的,在经济上,在生活上,还没有能力去帮助父母,但最起码要做到减少父母的担心。

 

我这样一引导之后,这位老师就说:「蔡老师,你的中国文化学得还不错。」他就没有继续说这句话是糟粕。他如此一说,我立刻表示:「没有没有,您过奖了。」这位老师很厉害,他这样一夸奖我,马上给我一个回马枪,直逼问我,他说:「蔡老师,你自己都没有做到。」他知道我是离乡背井在海口推展中国文化,所以说我自己都没做到晨则省,昏则定。读书人最怕别人说我们说一套做一套,但他这样一问,我也不紧张。我就跟他说明:「假如现在我早上问一次,晚上问一次,我妈妈会骂我,她说你不知道长途电话费很贵吗?」

 

求学问不能学呆了,要灵活。我们早晚问安最重要的是能令父母安心,若早晚问安是让父母担心,花那么多钱,就是事与愿背道而驰。我们是成年人了,真正能让父母安心的,绝对不是你一天打三通电话、五通电话,而是我们的道德学问、为人处事能真正让他信得过,所以要重本质,不能死在形式上。

 

我是固定一个星期打一通电话回家,我母亲在那个时间,她听到电话响就有感应,说这是我儿子打来的。有时太想母亲了,隔三天就打回去,她会有意外的惊喜。因此,我们要抓住本质去灵活运用圣贤的教诲,才能在每个时代、每个生活状态中,将之运用得很灵活,让父母欢喜,让所有接触我们的亲友,都能感受到中国文化的一种深厚的内涵。

 

【德育故事 ~ 小故事 真智慧】

         ~蔡礼旭老师 讲述~