Cerita Budi Pekerti 82
Janganlah Mudah Menjanjikan
Ada seorang anak memberikan sebatang pensil kepada teman
sekelasnya, teman sekelasnya ini sangat senang, dia pun meraut pensilnya dan
mulai mengerjakan tugas dari sekolah. Keesokan harinya, anak ini bertanya
kepada anak yang sudah memberinya pensil: “Apakah hari ini kamu bersedia bermain
denganku?”
Anak yang memberikan pensil dengan polos menjawab: “Saya
tidak akan bermain denganmu hari ini, kembalikan pensil itu padaku.” Anak ini
lalu mengembalikan pensil padanya. Anak yang memberikan pensil lanjut berkata:
“Maksudku pensil yang belum diraut.” Anak ini mengambil lagi sebatang pensil
yang belum diraut.
Anak yang memberikan pensil: “Bukan yang ini, saya ingin
pensil yang saya berikan padamu kemarin.” Gurunya bergegas menghampiri karena
melihat adanya peluang guna mendidik anak-anak. Guru memberitahu anak yang
memberikan pensil: “Ucapan yang dilontarkan haruslah dapat dipercaya. Kamu sudah
memberikan pensil kepada orang lain, maka pensil ini bukan milikmu lagi, kamu
tidak berhak memintanya kembali.”
Sebelum memberikannya kamu harus mempertimbangkan
terlebih dulu, apakah kamu benar-benar ikhlas memberikannya kepada orang lain?
Atau jika hari ini kamu ingin menghadiahkan sesuatu kepada orang lain, sebelum
menyetujuinya, haruslah mengukur kemampuanmu terlebih dulu apakah sanggup mewujudkannya?
Apabila kemampuanmu tidak cukup namun sudah terlanjur berjanji,
saat itu kamu akan kehilangan kepercayaan dari orang lain. Selain mengukur
kemampuan diri, ketika berjanji kepada teman sekolah, kamu masih harus
mempertimbangkan apakah tindakanmu sudah mematuhi peraturan sekolah? Sekolah
mungkin tidak mengizinkan anak muridnya berbuat demikian, tetapi kamu tetap
berjanji, maka ini tidaklah benar.
Maka itu, haruslah mematuhi peraturan sekolah dan hukum
negara, dari tempat-tempat inilah kita renungkan. Jika semua merupakan tindakan
benar, ditambah kita memiliki kemampuan mewujudkannya, barulah boleh berjanji
kepada teman. Oleh karena, sikap “Janganlah mudah menjanjikan”, juga diperlukan
untuk membimbing murid-murid kapan pun dan di mana pun.
Dikutip dari: Ebook “Cerita Budi Pekerti”
( Seputar “Tulus
dan Dapat Dipercaya” )
Pembicara: Guru Cai Li-xu
Edisi: Tahun 2008
教化实例 ~ 【诚信篇】
勿轻诺
有一个小朋友,送给同学一枝铅笔,那位同学很高兴,拿了以后把铅笔削一削,就开始写作业。隔天,那位小朋友就问送给他铅笔的小朋友说:‘你今天跟我玩吗?’小朋友很单纯:‘我今天不跟你玩,那你把铅笔还给我。’小孩子就把那枝笔还给他。接着又说:‘我要那枝没削过的。’那小朋友又拿了一枝没削过的。他说:‘不是这一枝,要我昨天给你的那一枝。’老师看到了这种情形,就赶快过来进行机会教育。老师告诉送铅笔的小朋友:‘凡出言,信为先。你已经把铅笔送给别人了,东西就已经不属于你的,你没有资格再跟人家要回来。’你在未送给他以前就要衡量,你送给别人是否真的愿意?或者你今天要送给人家东西,在答应别人的时候,首先要衡量你的能力是否能做到?假如你的能力不够又答应了别人,到时就一定会失信。而且在答应别人的时候,除了衡量能力,还要再考量到你答应同学是否符合校规?可能学校规定不能这样做,但是你还是答应了同学,那就是不对的。所以,要符合校规,符合国家的法律,要从这些地方去思考。凡是属于正确的行为,我们又有能力做到,才可以答应同学。因此,‘勿轻诺’的态度,也是要随时随地的指导学生。
【德育故事 ~ 小故事 真智慧】
【讲述 ~ 蔡礼旭老师】