Wednesday 14 April 2021

112 Orang Tua Harus Memberikan Teladan Yang Baik

Cerita Budi Pekerti 112

Orang Tua Harus Memberikan Teladan Yang Baik

 

Suatu kali ada seorang anak duduk bersama kami para guru di dalam mobil, dalam perjalanan bertemu dengan lampu merah, anak ini berkata kepada guru yang mengemudikan mobil: “Guru, anda tidak perlu menunggu di sini, anda hanya perlu belok ke kanan, dan berkendara dari sana, lalu berbalik dan kembali lagi ke sini, maka lampu merah akan terlewati.” Guru bertanya padanya: “Kamu belajar dari siapa?” Dia bilang: “Mama saya.” Mama anak ini adalah seorang polisi.

 

Maka itu, sebagai seorang polisi maupun sebagai seorang guru, mesti sangat berhati-hati dengan setiap perkataan dan perbuatan kita. Kami meningkatkan kewaspadaan, anak ini pasti melihat Ayahbundanya mengendarai mobil sedemikian rupa. Hari itu juga saya menelepon mama si anak, saya bilang: “Hari ini putra anda telah mengajari saya bagaimana cara mengemudi.” Begitu mendengarnya, mamanya sungguh merasa tak enak hati dan hanya tertawa.

 

‘Hal sekecil apapun janganlah dilakukan sembarangan’, Segala perbuatan yang melanggar hukum dan tidak beretika janganlah dilakukan, jika tidak akan berdampak buruk bagi anak-anak.

 

Dikutip dari: Ebook “Cerita Budi Pekerti”

 ( Seputar “Belajar Pendidikan Etika Moral” )

Pembicara: Guru Cai Li-xu

Edisi: Tahun 2008

 

教化实例   ~ 【教学锦囊篇】

家长要给孩子做好榜样

 

一次有个小孩跟我们一些老师坐在车上,在开车的过程中遇到红灯,这个小孩就对开车的老师说:‘老师,你不用在这里等红灯,你只要右转过来从这边开过来,然后转过来再转回来,就过去了。’老师问他:‘你跟谁学的?’他说:‘我妈妈。’他的妈妈是员警。所以,当员警、当老师的,一定要很谨慎自己的一言一行。老师警觉到,孩子一定是看到父母这样开车。所以,当天就打电话给孩子的母亲说:‘今天你儿子教我如何开车。’他母亲一听也觉得很不好意思,就笑起来了。‘事虽小,勿擅为’,所有违法的行为,不礼貌的行为都不能做,不然会给孩子带来不好的影响。

 

【德育故事 ~ 小故事 真智慧】

         ~蔡礼旭老师 讲述~

 

111 Tidak Ada Anak Yang Tidak Bisa Dididik

Cerita Budi Pekerti 111

Tidak Ada Anak Yang Tidak Bisa Dididik

 

Ketika saya mengajar, bertemu dengan seorang murid yang perilakunya sedikit menyimpang, pernah suatu kali dia tertangkap karena mencuri uang gurunya. Oleh karena ingin memberi sedikit pembelajaran untuk anak ini, maka kami mengundang seorang petugas polisi untuk menginterogasinya, agar dia tahu bahwa kesalahannya sangat serius.

 

Setelah proses interogasi selesai, anak inipun duduk di tangga, terlihat begitu frustasi. Kebetulan sedang tidak ada jadwal mengajar, saya berjalan menghampiri dan dari balik punggungnya, saya juga bisa merasakan suasana hatinya, lalu saya duduk di sampingnya. Ketika suasana hati seseorang sangat tidak baik, kita tidak boleh duluan mengajaknya berbicara ‘saat orang lain sedang tidak tentram hatinya janganlah bicara sembarangan dihadapannya’, tunggu sampai dia ingin berbicara kepada anda, maka dengan sendirinya dia akan mengutarakannya keluar.

 

Sekitar 1-2 menit berlalu, murid ini berkata pada saya: “Guru, saya ingin mati saja.” Sebagai guru kita mesti tenang, anak ini bilang dia ingin mati, kita tidak boleh kaget lalu berteriak, harus mencari tahu apa yang menyebabkan anak ini berpikir demikian. Saya juga dengan tenang bertanya padanya: “Mengapa kamu ingin mati?” Dia bilang: “Guru, tidak ada seorang pun yang menyukaiku.” Ketika seseorang tidak memperoleh perhatian dan kasih sayang dari orang lain, hatinya akan terasa sangat hampa dan tidak tenang.

 

Lalu saya menghiburnya dan berkata: “Apakah guru kelas tambahan akan membencimu?” Oleh karena di sekolah kami ada seorang guru yang mengkhawatirkannya, mendengar itu dia hanya terdiam. Saya lanjut berkata: “Apakah Guru Cai akan membencimu?” Dia menggelengkan kepalanya dan berkata: “Tidak akan!” Setelah menenangkan emosinya, selanjutnya saya membimbing anak ini untuk berpikir lebih panjang, dengan menemukan penyebabnya barulah dapat menyelesaikan masalah.

 

Saya berkata padanya: “Mengapa orang lain sangat membenci dan tidak menyukaimu? Apa alasannya?” Dia bilang: “Guru, saya memukul dan memarahi orang.” Saya bilang: “Kalau begitu ke depannya kamu jangan memukul dan jangan memarahi orang, maka mereka tidak akan membencimu.” Anak ini mengerutkan keningnya dan berkata: “Guru, saya benar-benar ingin mengubah tabiat saya, namun tidak sanggup mengubahnya!” Sungguh terharu mendengar seorang anak murid mau menceritakan pergolakan yang terjadi di hatinya.

 

Maka itu, mengapa pendidikan etika moral mesti ditanamkan sejak anak masih berusia dini, oleh karena setelah dewasa terlalu sulit mengubah tabiat diri sendiri. Sesungguhnya ketika dia menuruti tabiatnya sendiri, dirinya juga merasa sangat menderita; sekalipun orang dewasa yang melakukan kejahatan, hatinya juga sangat merana, dia juga berharap orang lain dapat memaklumi dirinya. Ketika kita dapat merangkulnya dengan sebutir ketulusan hati yang kita miliki, barulah mampu menyadarkan dan mencerahkannya; ketika tidak mampu menyadarkannya, kita mesti bertanya kepada diri sendiri, apakah ketulusan hati kita tidak cukup?

 

Maka itu, sesungguhnya manusia tidak benar-benar ingin berbuat jahat, oleh karena kami berjodoh dan bersua, maka haruslah mengerahkan segenap kemampuan untuk membantunya. Saya membuat janji dengan anak ini, ambillah sebuah buku, tulislah kebajikan di sisi kiri dan kejahatan di sisi kanan, setiap hari mesti datang untuk diperlihatkan ke guru, hari ini kebajikan apa maupun kejahatan apa yang sudah dilakukan, diri sendiri harus jelas. Setiap hari berharap agar kebajikan diri sendiri bertambah dan kejahatan semakin berkurang.

 

Murid ini bilang ingin mengakhiri hidupnya, maka itu saya sangat waspada, oleh karena akibat dari bunuh diri sangatlah buruk. Kebetulan saya mempunyai sebuah buku bergambar ‘Ksitigarbha Sutra’, saya berkata padanya: “Berbuat jahat kelak akan jatuh ke Alam Neraka, seperti apakah hukuman yang akan dijalani di Alam Neraka.” Anak ini membelalakkan matanya begitu melihat isi bukunya, kami hanya berharap agar dia mengerti dan segera memutuskan kejahatan dan memperbanyak kebajikan.

 

Beberapa hari kemudian, anak ini mondar mandir di depan kantor guru, meskipun dia tidak bilang mencari saya, namun dari tatapan matanya saya sudah tahu dia pasti datang mencariku. Maka itu, saya berjalan keluar dan bertanya padanya: “Apa ada masalah?” Anak ini menutupi tangan kanannya dengan tangan kirinya, lalu dengan malu-malu dia menarik tangannya, anak ini melukis rupang Buddha Sakyamuni di lengannya.

 

Anak ini melukis gambar Buddha juga membutuhkan waktu yang lama, dan selama jangka waktu ini di hatinya hanya ada niat pikiran apa? Yakni Buddha Sakyamuni. Seperti apa yang dikatakan sebagai ‘pada dasarnya sifat manusia adalah baik’, maka dari itu kita mesti mengerahkan segenap kemampuan untuk membantu mereka.

 

Dikutip dari: Ebook “Cerita Budi Pekerti”

 ( Seputar “Pedoman Mengajar” )

Pembicara: Guru Cai Li-xu

Edisi: Tahun 2008

 

教化实例   ~ 【教学锦囊篇】

没有教不好的孩子

  

我在教书的时候,遇到一个学生,他的行为比较偏颇,有一次拿了老师的钱被抓到。因为要给这个孩子一些警觉,所以还请来员警给他录口供,让他知道这个错误太严重。录完以后,这个孩子坐在楼梯口,很落寞的样子。刚好我没有课,走过去看到他的背影,也感受到他的情绪,我就走到他的身旁坐了下来。当一个人情绪很不好的时候,我们不要主动讲话,‘人不安,勿话扰’,等他想跟你讲的时候自然就会讲。坐下来,差不多过了一、二分钟,这个学生就跟我说:‘老师,我很想死。’当老师的要镇定,学生说很想死,你不能喊叫,要把原因找出来。我也很冷静问他:‘你为什么很想死?’他就说:‘老师,都没有人喜欢我。’当一个人得不到任何人的关爱,内心会非常的空虚,非常的不安。

 

我就进一步安慰他说:‘辅育老师会讨厌你吗?’我们学校有个老师很关心他,他听了以后没说话。接着我就说:‘蔡老师会很讨厌你吗?’他摇摇头说:‘不会!’把他的情绪安抚好了,我进一步引导孩子思考,把原因找出来才能解决问题。我就跟他说:‘别人为什么很讨厌你,不喜欢你,原因在哪里?’他说:‘老师,我都打人、骂人。’我说:‘那你以后就不要打人,不要骂人,人家就不会讨厌你。’这个孩子皱着眉头告诉我,他说:‘老师,我很想改,但是我改不了!’老师听到学生讲出他内心的一种挣扎,真的是非常感慨!

 

所以,为什么教育要从小扎根,就是因为长大以后想要改变自己的习性,就太难太难了。其实当他在随顺习气的时候,他自己也很痛苦;大人纵使在作恶当中,内心也很痛苦,他也希望别人包容他。当我们有一颗真诚、至诚心包容他的时候,才能够唤醒他的觉悟;当我们不能唤醒对方的时候,要反过头来观照,是不是我们的诚心不足?所以,人确实都不愿意作恶,我们透过彼此的缘分,要尽心尽力帮助对方。我就跟这个学生约好,拿个簿子,左边写善,右边写恶,每天你都到老师这边来,今天做了什么善,做了哪些恶,自己要清楚。每天期许自己,善要增加,恶要减少。

 

这个同学说要自杀,我就很警觉,因为自杀的后果很不好。我刚好有一本《地藏菩萨本愿经》画册,我就跟他说:‘作恶以后会下地狱,地狱的刑罚是什么样的情况。’这个孩子看到,眼睛瞪得特别大,我们是希望让他了解一定要赶快断恶修善。

 

过了几天,这个小孩在办公室门口走来走去,虽然他没有开口说要找我,但我从他的举止眼神中知道,他一定是来找我的。所以,我就走出来对他说:‘有什么事吗?’这个学生用他的左手捂住他的右手,然后有一点腼腆的把手拿开,这个孩子在手臂上画了一尊释迦牟尼佛。这个孩子画这尊佛也要画一段时间,而这段时间他的内心只有哪个念头?释迦牟尼佛。所谓是‘人之初,性本善’,因此我们要尽心尽力去帮助他们。

 

【德育故事 ~ 小故事 真智慧】

         ~蔡礼旭老师 讲述~