Saturday, 20 March 2021

106 Pandangan Anak-Anak Melihat Hati Manusia

Cerita Budi Pekerti 106

Pandangan Anak-Anak Melihat Hati Manusia

 

Ada sekelompok anak berusia 6-7 tahun, suatu malam guru bertanya kepada mereka: “Apa itu hati baik? Apa pula hati jahat?” Anak-anak ini telah mempelajari buku Klasik selama 2 tahun, bagaimana pandangan dan pemahaman mereka tentang pertanyaan ini? Apa itu hati baik? Ada seorang murid bilang: “Ketika kita menginginkan sesuatu, namun orang lain juga menginginkannya, maka kita mengalah padanya.” Ini adalah untuk memutus akar keserakahan kita.

 

Murid kedua: “Berbakti pada Ayahbunda, bersungguh-sungguh mengikuti pelajaran, menghormati orang lain, adalah hati baik.”                                                                    

Murid ketiga: “Menghormati Buddha, melaksanakan ‘Di Zi Gui’ adalah hati baik.”

Murid keempat: “Melaksanakan bab 1 hingga bab 18 dari ‘Klasik Bakti’, patuh pada guru, melaksanakan ‘Chang Li Ju Yao’ atau Tata Krama Dasar adalah hati baik.”

 

Dari jawaban anak-anak ini, kita tahu bahwa mereka menitikberatkan pada pelaksanaan secara nyata. Murid berikutnya bilang: “Hati yang bijak, melakukan perbuatan baik, melakukan sesuatu tanpa terpaksa adalah hati baik.” Anak-anak sudah bisa melihat niat hati mereka sendiri.

 

Ketika Ayahbunda memanggilnya, apakah mereka akan pergi menghadap dengan tidak sabaran atau atas inisiatif sendiri? Beberapa hal yang wajib dikerjakan-nya, apakah atas inisiatif sendiri atau butuh orang lain mendesaknya? Dari hidup keseharian, anak-anak dapat mengamati niat hatinya sendiri.

 

Setiap minggu guru akan menyalin sebait kalimat untuk anak-anak, sebagai bentuk upaya belajar keterampilan hidup. Diantaranya ada sebuah kalimat: “Hal yang mampu dikerjakan sendiri, janganlah merepotkan orang lain; Hal yang semestinya dikerjakan oleh diri sendiri, janganlah membuat orang lain khawatir karenanya.” Maka itu, tidak perlu didesak baru dikerjakan.

 

Anak selanjutnya bilang “48 Tekad Agung Buddha Amitabha demi menyelamatkan para makhluk adalah hati baik.” Oleh karena dia pernah membaca ‘Sutra Usia Tanpa Batas’

 

“Tahu bahwa itu adalah hal baik, maka kerjakanlah.” “Hati yang memahami kebenaran adalah hati baik.” Sampai di sini, apakah kita lebih memiliki keyakinan hati dalam menghadapi masa depan? Dari generasi ke generasi akan ada insan bijak yang muncul.

 

Apa itu hati jahat? “Tidak membantu sesama, membohongi orang lain, suka menghambur-hamburkan adalah hati jahat.” Lalu apa saja yang diboroskan? Listrik, air, nyawa, barang-barang kebutuhan, hidup dan waktu. Ketika saya memberi kelas ceramah di Shenzhen, anak ini hampir selalu datang mendengar, bahkan terkadang sampai tertawa terbahak-bahak.

 

Saya ingat suatu kali ketika sedang membahas permasalahan belajar dengan teman seDharma, tentang Guru Li Bingnan yang pernah berkata pada muridnya: “ Kamu belajar Ajaran Buddha, maka pada satu masa kehidupan ini harus mencapai KeBuddhaan.” Sikapnya sangat meyakinkan. Usai mendengarnya, anak ini lalu berkata: “Guru, jika belajar Ajaran Buddha tetapi tidak bertekad mencapai KeBuddhaan, maka tidak perlu belajar lagi!” Anak ini sangat lugu, kita jangan malah membuatnya rumit.

 

‘Menindas orang lain adalah hati jahat.’ ‘Petaka muncul dari mulut, bercanda yang keterlaluan adalah hati jahat.’ ‘Membenci orang lain adalah hati jahat.’ ‘Egois dan suka emosi adalah hati jahat.’ ‘Tidak membalas perlakuan baik orang lain, melupakan budi baik orang lain, semua ini adalah hati jahat.’ ‘Mendendam adalah hati jahat.’ Disebutkan dalam ‘Di Zi Gui’ “Budi harus dibalas, dendam harus dilupakan”, “Jika diri sendiri memiliki kemampuan janganlah egois”, mereka selalu menyimpan semua ini di hati.

 

‘Mudah tersinggung adalah hati jahat.’ ‘Orang lain memberi tahu kekurangannya, namun bersikukuh mempertahankan kesalahannya, ini adalah hati jahat.’ Haruslah “Waspada kala mendengar pujian, senang mendengar kritikan, insan berbudi akan menjadi sahabat sejati”. Apabila kita menunjukkan letak kesalahan anak-anak ini, mereka akan bilang: “Terima kasih sudah memberi tahu kekuranganku.”

 

Kebetulan saat itu kami baru kembali dari ceramah di tempat lain, seorang guru memberi tahu kesalahan yang diperbuat seorang murid, murid ini segera membungkuk memberi hormat kepada gurunya, kami merasa sangat tak enak hati, generasi berikutnya sungguh membuat salut!

 

‘Tidak memiliki rasa cinta kasih, menyakiti hati orang lain adalah hati jahat.’ ‘Tidak memiliki welas asih, sudah tahu harus berbuat baik, malah berbuat jahat, ini adalah hati jahat.’ ‘Tidak menaruh rasa hormat terhadap gambar Konfusius adalah hati jahat.’ Oleh karena di dalam kelas digantung gambar Konfusius, begitu masuk kelas, mereka akan bilang: “Konfusius, saya pulang.” Inilah yang disebut: “Memperlakukan almarhum seperti saat beliau masih hidup”

 

‘Takut hidup susah adalah hati jahat.’ Pernah suatu minggu guru menulis: “Takut hidup susah, menderita kesusahan seumur hidup; tidak takut hidup susah, susahnya cuma sementara waktu”, perilaku hidup ini memang seharusnya ditanamkan sejak anak masih berusia dini.

 

‘Tidak menghormati Buddha adalah hati jahat.’ ‘Dari luar kelihatan berbuat baik, namun di dalam hati berbuat jahat.’ Mereka menekankan pada pengamatan hati dan akan melatihnya dari niat pikiran yang timbul.

 

‘Tidak berbakti pada Ayahbunda adalah hati jahat.’ ‘Hati yang merusak adalah hati jahat.’ ‘Hal yang tidak diketahui Mama, maka mengatai Mama bodoh, ini adalah hati jahat.’ ‘Tidak melaksanakan “Di Zi Gui” adalah hati jahat.’ ‘Awalnya bisa dikerjakan, namun selalu berpikir tidak mampu, adalah hati jahat.’

 

‘Hal yang tidak ingin dikerjakan diri sendiri namun menyuruh orang lain mengerjakannya adalah hati jahat.’ ‘Bersuara keras dan berisik, hingga mengganggu orang lain adalah hati jahat.’ ‘Kesalahan yang sengaja ditutupi akan menjadi bertambah lagi, maka itu menutupi kesalahan adalah hati jahat.’

 

Dikutip dari: Ebook “Cerita Budi Pekerti”

 ( Seputar “Belajar Keterampilan Hidup” )

Pembicara: Guru Cai Li-xu

Edisi: Tahun 2008

 

教化实例   ~ 【学习篇】

童眼看人心

  

有一群六、七岁的孩子,有一天晚上老师问他们:‘什么是好心?什么是坏心?’这些孩子都读了两年的经典,他们的思想、观念如何?什么是好心?一位同学说:‘一件东西自己想要,但别人也想要的话,那就让给别人。’这是截断悭贪的根基。

 

第二位说:‘孝顺父母,上课专心,对别人恭敬,是好心。’这些话都没有加任何一个字,都是他们的原话。

第三位说:‘对佛恭敬,做到《弟子规》的心是好心’。

第四位说:‘做到《孝经》第一到第十八章,听老师的话,做到《常礼举要》的心是好心。’

 

从这段话我们知道,他现在在学《孝经》跟《常礼举要》。而且从这几位孩子的回答中,我们体会到,他们对于学问强调的是做到。下一个孩子说:‘智慧的心是好心,做好事的心是好心,不用督促去做事的心是好心。’ 孩子们已经会看自己的存心。

 

父母叫他的时候,他是不耐烦去,还是主动去?一些应该做的事,是自己主动做,还是要别人去催促?孩子可以从生活中,还有自己的存心去观照。老师每星期抄一句话给他们,当作一种做人做事的态度。其中有一句就提到:‘自己能做的事,绝不麻烦别人;自己应该做的事,绝不让人操心。’所以,他提到不用督促就去做事。

 

‘四十八愿度众生的心是好心。’因为这个孩子读过《无量寿经》。

 

‘知道是好事就去做。’‘懂道理的心是好心。’看到这里,我们是否觉得面对未来比较有信心了?江山代代有贤人出。

 

什么是坏心?‘不帮助人的心是坏心,欺骗别人、浪费的心是坏心。’然后又提到浪费什么?浪费电、水、生命、物品、人生、时间。我去深圳讲课时,这个孩子几乎都来听,有时还听得哈哈大笑。记得有一次我跟同修们讨论修学的事情,提到李炳南老师曾经跟学生讲过:‘你学佛,这一生就得作佛。’态度非常坚定。这个孩子听完以后,就说:‘老师,学佛不作佛,那就不要学!’所以,孩子很单纯,我们不要搞得太复杂。

 

‘侮辱别人是坏心。’‘开玩笑过火,祸从口出,这是坏心。’‘怨恨别人的心是坏心。’‘为自己不为别人的心,生气的心是坏心。’‘别人对他好,他对别人不好,没有回报的人,忘恩负义,这些都是坏心。’‘记仇的心是坏心。’这些就是《弟子规》讲的‘恩欲报,怨欲忘’、‘己有能,勿自私’,他们常常放在心上。

 

‘小气的心是坏心。’‘别人指出缺点,却坚持错误,是坏心。’这是‘闻誉恐,闻过欣,直谅士,渐相亲’。如果对这些孩子举出他的过失,他会对你说:‘谢谢你指出我的缺点。’刚好那时我们从外地演讲回来,有一位老师就指点了一个同学的错误,这个同学马上给老师鞠躬,我们当场都觉得很汗颜,真是后生可畏!

 

‘没爱心,害别人的心是坏心。’‘没慈悲心,知道应该做好事,还做坏事,这是坏心。’‘对孔夫子像不恭敬是坏心。’因为他们的教室有挂孔夫子像,所以一进门都要说:‘孔夫子,我回来了。’这就是‘事死者,如事生’。

 

‘怕吃苦的心是坏心。’老师有一个星期写到:‘怕吃苦,吃一辈子苦;不怕吃苦,吃一阵子苦’,这些人生态度确实从小扎根最好。

 

‘对佛不恭敬的心是坏心。’‘表面做好事,心里做坏事。’他们观心为要,会从起心动念修。

 

‘不孝顺父母的心是坏心。’‘破坏的心是坏心。’‘妈妈不知道,就说妈妈笨,是坏心。’‘不做到《弟子规》,是坏心。’‘本来可以做到,但老想做不到,是坏心。’‘己所不欲施于人,是坏心。’‘高声喧哗,打扰别人,是坏心。’‘倘揜饰,增一辜,所以掩饰的心是坏心。’

 

【德育故事 ~ 小故事 真智慧】

         ~蔡礼旭老师 讲述~