Wednesday 4 March 2020

31 Jalinan Budi Guru Dan Murid


Cerita Budi Pekerti 31
Jalinan Budi Guru Dan Murid

Pada masa Dinasti Ming, ada seorang pejabat setia bernama Zuo Zhong-yi. Suatu tahun, Zuo Zhong-yi mendapat tugas sebagai pengawas ujian, para pelajar dari berbagai daerah sedang mempersiapkan diri mengikuti ujian negara. Zuo Zhong-yi selalu merekomendasikan seorang insan berbakat pada negara, maka sebelum ujian dimulai, dengan mengenakan pakaian rakyat biasa, Beliau pergi meninggalkan Ibukota menuju Vihara untuk mencari insan yang berbakat.

Mengapa tidak mencarinya ke penginapan tempat para peserta ujian negara menginap? Pelajar kaya biasanya tinggal di penginapan, tetapi apakah mereka berbakat dan bijak? Sulit dikatakan, sebab banyak yang menyukai kenyamanan dari pada bekerja keras. Para pelajar di era dulu harus belajar dengan keras baru bisa berhasil. Maka itu Zuo Zhong-yi mencari insan berbakat di Vihara.

Dia berjalan sampai ke hadapan seorang pelajar, pelajar ini baru selesai menulis artikelnya, karena letih lalu tertidur. Selesai membaca artikel yang ditulisnya, Zuo Zhong-yi dapat merasakan bahwa pelajar ini memiliki kesetiaan yang besar terhadap negara dan rasa yang bertanggung jawab terhadap rakyat. Zuo Gong (Zuo Zhong-yi) amat bersukacita lalu memakaikan mantelnya ke tubuh anak muda ini, yang bernama Shi Ke-fa.

Kemudian, ujian di mulai dan selama proses pemeriksaan hasil, Zuo Gong melihat sebuah artikel dan segera teringat siapa penulisnya. Oleh karena sebuah karya tulis mengalir keluar dari lubuk hati seseorang dan dari artikel ini dapat mengetahui moralitas serta cita-citanya. Lantas menjadikan Shi Ke-fa sebagai peringkat pertama dan peraih gelar sarjana. Usai ujian, pelajar yang berhasil mesti mengangkat pengawas ujian sebagai Guru-nya, Shi Ke-fa pun pergi mengunjungi Zuo Zhong-yi dan istrinya.

Begitu masuk, Guru Zuo Gong berkata kepada istrinya: “Kelak yang akan meneruskan karir saya bukanlah putraku, melainkan pelajar ini.” Seorang terpelajar tidak khawatir dirinya tidak punya keturunan, tetapi khawatir tidak dapat meneruskan ajaran moralitas dan kebajikan dari insan suci dan bijak. Tidak memiliki keturunan, hanya berpengaruh pada satu keluarga; namun jika ajaran moralitas dan kebajikan tidak ada yang meneruskan, akan mempengaruhi anak cucu generasi selanjutnya. Di hati mereka, selalu memikirkan upaya mencari insan berbakat guna mengabdi pada negara.

Zuo Gong bersukacita melihat Shi Ke-fa, sebab telah membantu negara memilih insan berbakat. Kemudian mereka menjadi pejabat di pemerintahan yang sama, bersama-sama mengabdi dan setia pada kekaisaran.

Oleh karena pada akhir masa Dinasti Ming, para pejabat licik berkuasa dan membuat kekacauan, sehingga Zuo Gong difitnah dan dipenjara. Shi Ke-fa panik dan khawatir Guru-nya akan disiksa, memikirkan segala cara supaya dapat mengunjungi Guru-nya di penjara. Dan ternyata benar, mata Guru-nya telah dibakar dengan lempengan besi yang panas, lutut bawah juga telah terpotong. Shi Ke-fa hatinya begitu pedih, lalu memohon pada penjaga penjara. Para penjaga ini menjadi terharu melihat baktinya terhadap sang Guru, lalu menyarankannya menyusup ke dalam dengan menyamar sebagai pengemis.

Setelah Shi Ke-fa masuk ke dalam penjara, dengan perlahan berjalan ke arah Guru. Saat melihat kondisi Guru, dia tidak dapat menahan tangisannya lalu menjatuhkan diri di hadapan sang Guru. Meskipun mata Zuo Gong tidak bisa terbuka, namun telinganya masih bisa mendengar. Ketika mendengar suara Shi Ke-fa, Beliau menggunakan sepasang tangan membuka matanya, menatap Shi Ke-fa dengan pandangan tajam.  Beliau berkata: “Apa identitas anda? Anda adalah pilar negara, bagaimana boleh menempatkan dirimu dalam bahaya? Daripada kamu dicelakai oleh para pejabat licik, lebih baik sekarang saya yang membunuhmu.”

Zuo Gong lalu memungut batu yang ada di sampingnya dan melemparkan ke arah Shi Ke-fa. Melihat Gurunya begitu marah, Shi Ke-fa akhirnya beranjak pergi. Mengapa Zuo Gong sedemikian marah? Karena mengkhawatirkan keselamatan muridnya dan masa depan negara yang akan terpengaruh. Meskipun dirinya berada dalam bahaya dan mengalami siksaan luar biasa, namun Beliau tidak memikirkan dirinya sama sekali, hanya demi negara dan juga muridnya.

Setelah Zuo Gong wafat, Shi Ke-fa menerima tugas dari negara, memimpin pasukan di perbatasan. Saat bertugas, tidak sekalipun dia tidur di atas tempat tidur, membagi pasukannya menjadi tiga kelompok, saling memunggungi, bergiliran istirahat dan berjaga-jaga. Para pasukan terharu melihatnya, lalu berkata: “Tuan,  jika terus seperti ini akan merusak tubuhmu.” Shi Ke-fa pun berkata: “Jika saya tertidur dan musuh menyerang, menyebabkan negara menderita, maka saya akan sangat bersalah terhadap negara, terlebih lagi kepada Guruku.” Guru mengajarkan harus mengutamakan kepentingan negara, Shi Ke-fa tidak berani melupakannya, maka untuk membalas kebaikan Guru, yang paling penting adalah mesti “Mengamalkan sesuai dengan yang telah diajarkan”.

Kemudian setiap kali pulang ke kampung halamannya, hal pertama yang di lakukan Shi Ke-fa bukanlah pulang ke rumahnya, tapi ke mana? Dia akan mendatangi rumah Guru-nya terlebih dulu. Walaupun Guru telah tiada, namun istri dan anak cucunya masih ada, dia berusaha menghidupi dan menjaga mereka, dan telah berhasil mewujudkan “Sehari berguru padanya, seumur hidup menganggapnya sebagai Ayah”.

Dikutip dari: Ebook “Cerita Budi Pekerti”
             ( Seputar “Dapat dipercaya” )
Pembicara: Guru Cai Li-xu
Edisi: Tahun 2008

德育故事  ~   
                 师生恩谊

明朝有个忠臣叫左忠毅。有一年,左忠毅公担任了主考官,来自各地的读书人正要准备参加进士考试。左忠毅公时时都想着要为国家举贤荐才,所以在考试前夕就微服出巡,穿平民的衣服,到离京城附近比较大的一些寺院里去找贤才。为什么不到酒楼去找?有钱住酒楼的人,是否是贤才?很难说,因为好逸就恶劳。以前的读书人都很刻苦,学问才有所成就。所以,左忠毅公就到寺庙去巡视,他走到了一个书生旁边,这位书生写完文章太累就睡着了。左公看完他写的文章,深深感受到这位读书人对于国家有一种忠诚,对于人民有一种使命感。左公看完很欢喜,随手就把自己的大衣披在年轻人的身上,这个年轻人就是史可法。

后来正式考试,在阅卷的过程中,左公一看到这篇文章,立刻就想到是谁写的。因为文章是从一个人的内心流露出来的,可以从文章中感受到他的气节和志向。所以就把他面署第一,后来史可法考上了状元。考上状元以后,上榜的学子都要去拜主考官为师,所以那天史可法就去拜访老师和师母。一进门,老师左公就对他的夫人说:往后继承我的志业,不是我的儿子,而是这位学生。所以,读书人不担心自己没有子嗣,担心的是唯恐不能把圣人的道德学问承传下去。自己没有子嗣,只是影响一家;道德学问没有人承传,将影响后代的子孙。他们的心中时时想着要为国家举才荐贤。

左公看到史可法心生欢喜,因为他帮助国家选了一位非常好的栋梁之才。后来左公与史可法同朝为官,一起效忠朝廷。因为明朝末年,宦官当政,左公被乱臣陷害,关到监狱。史可法非常紧张,害怕老师在监狱里受到残害,想尽办法要去探望老师。他的老师确实备受酷刑,用烧烫的片捂在眼睛上,膝盖以下也被切掉了。史可法心急如焚,就去求狱中的士卒。这些士卒也被他对老师的一分孝心所感动,就建议他伪装成乞丐的模样,混进监狱里去。

史可法走进监狱,缓缓的朝老师的方向走过去。当他看到老师的身体状况,不禁失声痛哭,扑在老师的面前。左公虽然眼睛张不开,但耳朵还可以听得到。当他听到史可法的声音,非常警觉,用他的双手把眼睛撑开,目光炯炯看着史可法。他说:你是什么身分?你是国家的栋梁,你如何可以让自己身陷危险的境地?与其这些乱臣贼子把你害死,不如我现在就活活把你打死。说完之后,左公就捡起身旁的石头往史可法的方向投掷过去。史可法看到老师如此震怒,就立即离开。左公为何如此生气?唯恐学生的安危、国家的前途受到影响,纵使他身陷这样大的痛苦之中,念念也没有为自己,还是为国家,为自己的学生。

后来左公去世了,史可法担任国家的要职,带兵在外。他带兵在外的时候,都没有到床上睡过觉,让士兵分成三队,轮流跟他背靠背休息,守夜。他的士兵看了以后,也很感动,就说:大人,这样下去会损害你的身体。史可法对士兵说:假如我去睡觉,敌人来犯,让国家受到损害,那我就对不起国家,更对不起我的老师。老师教诲要念念为国家,史可法确实不敢忘怀,所以回馈师长最重要的是要‘依教奉行’。

后来史可法每次回到他的故乡,第一个不是回家,到哪里去?先到老师的家里。虽然老师不在了,他的师母还在,还有老师的后代子孙,他都竭尽全力奉养照顾,确实做到了 一日为师,终身为父

德育故事 ~ 小故事 真智慧
     讲述  ~  蔡礼旭老师