Cerita Budi Pekerti 84
Tata Krama Adalah Media Komunikasi Terindah Antar Manusia
Belajar tata krama harus dimulai sejak kecil. Tersenyum adalah
bahasa alami yang digunakan seluruh dunia ketika bertatap muka dengan orang
lain. Jika anak sejak kecil tidak bisa bersikap baik terhadap orang lain, maka
sangat sulit menyuruhnya tersenyum tulus dan lugu. Apalagi menyuruhnya tulus membungkuk
memberi hormat kepada orang lain juga bukanlah hal yang mudah.
Di dalam kurikulum yang kami susun untuk para murid, hanya
untuk belajar membungkuk memberi hormat saja harus memakan waktu sekitar 2-3
bulan lamanya. Ketika anak memberi hormat sambil membungkuk adalah sebuah bentuk
rasa hormat yang keluar dari lubuk hatinya. Jika tindakan dan hati bisa saling berinteraksi,
maka anak akan bersikap semakin rendah hati dan menghormati, perlahan-lahan
dari hati diwujudkan melalui tindakan.
Kami mengajari tata krama pada seorang anak yang baru
berusia empat tahun, selesai makan ketika akan beranjak pergi, mesti berkata
pada orang-orang yang duduk semeja: “Semuanya, silahkan lanjutkan makannya.”
Barulah kita boleh beranjak pergi.
Apakah tindakan ini penting? Manusia itu hidup berdampingan
dengan orang lain, mustahil seseorang bisa hidup mengandalkan dirinya sendiri. Dalam
kehidupan sosial, jika kelakuan kita semakin baik, maka hubungan antar manusia
juga tidak akan mudah timbul perselisihan. Umpamanya, hari ini anda sedang
makan bersama rekan kerja, anda selesai makan duluan, lalu anda pergi begitu
saja tanpa bicara sepatah kata pun, inilah yang disebut tidak memiliki etika.
Orang-orang akan berkata: “Apakah dia sedang bertengkar dengan kekasihnya?”
Bagaimanapun kita semua hidup bermasyarakat, dengan saling
menyapa, barulah orang lain tidak akan merasa tersinggung. Maka itu, membiarkan
anak setiap saat mengembangkan sikap memberi salam dan menyapa sedari kecil,
kebiasaan ini akan menjadi sangat penting baginya, dia akan senantiasa menjaga perasaan
orang lain.
Setiap murid di Taman Kanak-Kanak kami telah
mengamalkannya, bahkan guru pun turut mengamalkan, ini akan menjadi budaya yang
baik. Setiap kali bangkit dan berdiri, guru akan membungkuk ke semua murid dan
berkata: “Semuanya, silahkan lanjutkan makannya.” Anak-anak akan tersenyum gembira.
Mengapa demikian? Mereka bersukacita dan merasa salut, bahkan orang dewasa juga
melakukan hal yang sama dengannya. Apabila kita hanya bisa menyuruh sedangkan
kita sendiri tidak sudi, mereka mungkin juga tidak akan sudi melakukannya. Maka
itu, kita harus memberi teladan dengan tindakan nyata, memperlihatkannya pada
anak-anak.
Suatu hari usai makan bersama, saat semuanya telah
beranjak pergi, tersisa seorang anak belum selesai makan, anak ini baru berusia
4-5 tahun. Akhirnya dia berdiri, terhadap meja dan bangku dia berkata:
“Semuanya, silahkan lanjutkan makannya”, para guru pun tersenyum melihatnya.
Dari sinilah kita bisa melihat keluguan anak-anak. Seseorang bukan belajar
bagaimana cara menyesuaikan dirinya, namun harus belajar bersikap tulus
terlebih dulu. Anak ini begitu tulus, kelak pasti dapat mengamalkan sesuai dengan
yang diajarkan.
Suatu kali guru mengajari murid-murid tata krama mengetuk
pintu, mesti mengetuk tiga kali dan tidak boleh terlalu terburu-buru. Karena
suara ketukan pintu yang terburu-buru akan membuat kepanikan penghuni rumah.
Jika saat itu dia tidak bisa membukakan pintu karena sedang sibuk mengerjakan
hal lain, hatinya akan menjadi panik. Maka itu, ketuklah tiga kali dengan
pelan.
Setelah membuka pintu, dalam menyambut tamu terlebih dulu
harus membungkuk memberi hormat: “Apa kabar Bibi, apa kabar Paman.” Ketika ajaran
dapat diselaraskan dengan kehidupan, anak-anak akan belajar dengan penuh minat.
Saat pintu terbuka, enam anak secara bersamaan menyapa: “Apa kabar Bibi.”
Alhasil bibi ini tidak berani masuk. Bibi ini bilang: “Saya merasa kaget
sekaligus tersanjung, sebelumnya belum pernah disambut baik seperti ini.”
Begitu masuk, anak-anak segera mengambilkan sandal (yang khusus dikenakan di
dalam rumah) untuknya, agar bibi ini bisa langsung memakainya. Maka itu, maksud
yang terkandung di setiap tata krama adalah setiap saat dapat memikirkan
kepentingan orang lain.
Begitu bibi ini masuk, anak-anak berkata: “Bibi, silahkan
duduk.” Setelah si bibi dituntun duduk dengan baik, mereka bergegas menuangkan
air, lalu berkata lagi: “Bibi, silahkan minum.” Inilah tata krama menyambut
tamu. Ketika anak anda berbuat sedemikian menyambut senior dan tamu,
bagaimanakah tanggapan mereka? Mereka akan merasa bahwa anak anda memiliki
pendidikan kesusilaan keluarga yang sangat baik.
Saat makan bersama, haruslah yang lebih tua dipersilahkan
duduk terlebih dulu, barulah yang lebih muda boleh duduk. Saat kami makan
bersama murid-murid, mereka akan membantu mengambilkan sayur untuk senior. Ada
seorang anak belajar di sini selama dua minggu, setelah pulang ke rumah, dia makan
bersama keluarganya, begitu mulai makan, dia langsung mengambilkan sayur untuk Kakek
dan Neneknya.
Awalnya Kakek dan Nenek tidak begitu berkenan terhadap budaya
Tiongkok, namun tindakan anak ini membuat mereka menyadari bahwa pendidikan
kesusilaan selama dua minggu ini telah membawa perubahan yang sangat besar.
Siapakah yang diingat anak ini terlebih dulu? Seniornya, yakni Kakek dan
Neneknya. Maka itu, perlahan-lahan senior akan menerima, menggunakan ajaran
warisan leluhur Tiongkok, meningkatkan kemampuan anak dalam menangani persoalan
dan bagaimana menjadi manusia yang baik.
Pada waktu bersamaan kami juga membimbing anak-anak dan
memberitahu mereka, tentang makna dari tiap posisi tempat duduk di meja makan, dengan
begini mereka akan tahu kursi mana yang seharusnya diberikan untuk senior. Kursi
utama adalah tempat duduk untuk seorang yang berstatus pemimpin (yang paling
senior), umumnya tempat duduk ini menghadap ke pintu.
Murid-murid kami akan memberikan kursi utama untuk guru,
ketika guru memasuki ruangan, mereka akan berdiri dan menunggu sampai sang guru
duduk, barulah mereka duduk. Kebetulan hari itu saya pulang dari Hangzhou,
begitu saya masuk, mereka juga berdiri, ketika saya duduk di kursi utama,
mereka mulai membalikkan meja, saya pun bertanya: “Mengapa membalikkan meja?”
Mereka bilang: “Oleh karena meja ini penuh coretan, tidaklah sopan jika
coretan-coretan ini dihadapkan ke guru.” Begitu melihat saya duduk, mereka langsung
membalikkan meja ke arah di mana tidak ada coretannya. Maka itu, bukan hanya
hati hormat yang berhasil diraih oleh anak-anak ini, namun mereka juga berhasil
meraih kemampuan dalam hal pengamatan dan kecermatan, dengan demikian
kemampuannya akan meningkat sedikit demi sedikit.
Dikutip dari: Ebook “Cerita Budi Pekerti”
( Seputar “Belajar
Kesusilaan” )
Pembicara: Guru Cai Li-xu
Edisi: Tahun 2008
教化实例 ~ 【习礼篇】
礼是人与人之间沟通最优美的媒介
学礼一定要从小做起。对人见面的微笑,是国际性的语言。假如孩子从小对人就没有善意,你要叫他笑得很真诚天真,还真困难。要给人家鞠躬,要鞠得很真诚,也不是很容易。我们给孩子安排的课程中,光是鞠躬就鞠了两、三个月。鞠躬鞠到他身体弯下去的时候,是出自内心的一种恭敬。因为任何一个动作,对内心都会有一种互动,心就会愈来愈谦卑,愈来愈恭敬,这是从外慢慢内化。
有一个孩子才四岁多,我们教他一种礼仪,就是用完餐起来时,一定要跟同桌的人说:‘大家请慢用。’才能离开。这个行为是否重要?人是群居的,绝对不可能一个人独自生活。在群居的生活中,你的礼仪愈周到,与人的相处就愈不容易产生摩擦。比如说,今天你跟同事去吃饭,你先吃完了,一句话也没讲就离开了,那就失礼。坐在你旁边的人就会看看别人说:‘他今天是不是跟女朋友吵架了?’毕竟大家是团体生活,互相打个招呼,人家才不会觉得很唐突。所以,让孩子从小养成时时能跟人打招呼、问好的习惯,对他来讲就很重要,他会时时想到别人的感受。
我们幼儿园的每个孩子都这样做,而且连老师也跟着做,就会做得很好,会形成风气。每次老师站起来,向所有的小朋友鞠躬说:‘大家请慢用。’小朋友都笑得很开心。为什么?他们觉得很欢喜,大人跟我们一样都要做,心里很服气。假如只要求小孩做而我们不做,当老师不在的时候,他可能就不做了。所以,我们一定要以身作则,做给小孩看。
有一天刚吃完饭,只剩下一个小朋友还没吃完,这个孩子才四、五岁。结果他站起来,对着桌椅板凳说大家请慢用,旁边的老师都笑起来。我们从这里看到孩子的天真。一个人求学问,一开始不是学变通,而是先学老实。他如此老实,以后一定会依教奉行。
有一次,老师在教导孩子礼仪,教他们敲门要敲三声,而且不能敲得太急促。太急促,声音传递给屋里的人,他就会紧张。刚好他又在忙其他的事情,一时间不能来开门,他的心就会砰砰跳。所以,敲门也要和缓,敲三声。开门之后,接待客人要先鞠躬:‘阿姨好,叔叔好。’当我们的教学跟生活结合起来时,孩子会学得很有兴趣。所以,门一开,六个孩子同时说:‘阿姨好。’结果这个阿姨连门都不敢进来。她说:‘受宠若惊,从来没有被人这样盛情接待过。’她一进门,孩子争着帮她拿拖鞋,让阿姨一进门直接可以穿上。所以,每一种礼仪都含有为别人着想的意思。
阿姨一进门,孩子就说:‘阿姨,您请坐。’就引阿姨到这里坐好。坐好之后,马上去倒水,然后又:‘阿姨请喝水。’这就是待人之礼。当您的孩子这样去接待长者,接待客人,客人与长者的印象如何?他会觉得这个孩子很有家教,很有教养。
吃饭的时候,一定是长者先坐,晚辈才坐。我们和小孩一起吃饭的时候,小孩还会帮助长辈夹菜。有一个孩子来此地学习两个星期,回家之后,跟家里人一起吃饭,刚一开动,他就帮爷爷、奶奶夹菜。本来爷爷、奶奶还不是很认同中国文化,但他这样一做,他们就体会到,这两个星期的教育有很大的变化。小孩处处先想到谁?长者,先想到爷爷、奶奶。所以,长者慢慢的就会接受,用中国的传统教诲,来提升小孩处事做人的能力。
我们在教导小孩的同时,还会告诉他们,坐有主位,他就知道哪一个位子应该让给长辈。主位都是具有领导身分的人所坐的位置,这个位子大部分都是正对门口。我们那里的孩子都会把主位让出来,当老师进来了,他们会先站起来,等老师坐了,他们才坐下。刚好那一天我从杭州回来,我一进去,他们也站起来,当我坐到主位的时候,他们就开始转那个桌子,我就问:‘为什么转桌子?’他说,‘因为我们那个桌子有条纹,那个条纹一条一条对着主位是不礼貌的。’他们一看我坐下去,就把桌子转到没有条纹的方向。所以,孩子不只是成就了恭敬心,还成就了他的细心、观察力,如此一点一滴的提升。
【德育故事 ~ 小故事 真智慧】
【讲述 ~ 蔡礼旭老师】