Monday, 29 November 2021

120 Budi Ayahbunda Sulit Dibalas

Cerita Budi Pekerti 120

Budi Ayahbunda Sulit Dibalas

 

Ketika seseorang dapat memahami dan merasakan budi kebajikan Ayahbundanya, maka dengan sendirinya dia akan berhati lembut dan penuh rasa hormat. Teringat saat kakak (perempuan)-ku menikah, oleh karena saya adalah putra satu-satunya di keluarga kami, maka sayalah yang bertugas membukakan pintu untuk kakak ipar (mempelai pria). Begitu banyak tata cara dalam pernikahan, semua tata cara ini ada maknanya.

 

Salah satu di antaranya yang paling membuatku terkesan adalah proses terakhir dari tata cara pernikahan, saat kakak ipar akan membawa kakak-ku dan mengucapkan pamit kepada Ayah dan Bunda, saya pun turut menyaksikannya. Ketika kakak-ku dan kakak ipar berlutut, saat itu juga Ayah-ku menangis, air mataku pun ikut berlinang, pada momen itu saya dapat merasakan bagaimana perasaan dari seorang Ayah.

 

Ayah membesarkan dan menjaga putrinya selama lebih dari 20 tahun, entah sudah berapa banyak kerisauan yang berkecambuk di hati, selalu berharap anak-anak dapat tumbuh dengan baik, belajar dengan baik, dan memiliki pasangan hidup yang baik. Air mata ini adalah air mata bahagia yang mengalir dari lubuk hati Ayah, akhirnya hari ini sudah menemukan pasangan hidup yang baik untuk putrinya, air mata keharuan.

 

Apakah perhatian dan jerih payah Ayahbunda, setelah anak-anaknya menikah maka sudah tidak perlu khawatir lagi? Bukan begitu, kasih sayang Ayahbunda adalah kasih sayang sepanjang masa. Seperti kata pepatah: ‘Ibunda hidup seratus tahun, selalu mengkhawatirkan anaknya yang berusia delapan puluh tahun’, walaupun Ibunda sudah berusia seratus tahun, namun anaknya yang telah berusia delapan puluh tahun tetap merupakan anak kecil baginya.

 

Ketika saya merasakan jerih payah dari seorang Ayahbunda, saya berkata pada diri sendiri, meskipun sampai satu masa kehidupan ini berakhir, juga takkan mampu membalas budi kebajikan Ayahbunda, maka itu jangan pernah lagi mengucapkan sepatah kata pun yang menentang dan tidak sopan terhadap Ayahbunda. Oleh karena adanya satu pemahaman ini, begitu melihat Ayah, dengan sendirinya akan timbul hati penuh hormat dan sukacita.

 

Kita harus selalu menempatkan budi kebajikan Ayahbunda di lubuk hati kita, ‘Hati yang tulus, nampak dari luar’, ucapan dan tindakan kita yang penuh hormat pun akan terpancar keluar.

 

Dikutip dari: Ebook “Cerita Budi Pekerti”

(Kompilasi Seputar Kehidupan)

Pembicara: Guru Cai Li-xu

Edisi: Tahun 2008

 

【生活集锦】

亲恩难报

 

当一个人能深刻体会父母的恩德,他的心境就自然柔软,自然恭敬。记得我姐姐出嫁的时候,因为我是独子,所以是我去帮姐夫开门。有很多迎娶的礼仪,这些礼仪都有其意义存在。其中有一个礼仪使我的印象最深刻,就是迎娶的最后,我的姐夫带着姐姐拜别我的父母,我就在旁边观礼。当姐姐跟姐夫跪下去的时候,我的父亲眼泪瞬间迸发出来,我的眼泪也流出来了,在那个时刻我感受到了一个为人父亲的心境。

 

父亲照顾女儿二十多年,不知道操了多少心,不知道挂碍了多少事情,念念都希望孩子长得好,书念得好,能有个好归宿。所以,父亲那一滴眼泪,是从内心得到了这么一点安慰,今天终于帮女儿找到了好归宿,所以那是一滴欣慰、感动的泪水。

 

而父母对于子女的关怀、辛劳,是不是嫁出去就不操心了?不是,而是一辈子的爱护。所谓「母活一百岁,常忧八十儿」,母亲纵使活了一百岁,八十岁的儿子在她眼里还是她的小孩。当我的内心感受到一位为人父亲的辛劳,我就告诉自己,父母的恩德尽此一生都报之不尽,绝对不能再对父母讲一句忤逆的话,讲一句不恭敬的话。

 

因为有这一分体会,自然而然看到父亲就会心生恭敬,心生欢喜。我们要念念把父母的恩德放在心上,就会「诚于中,形于外」,我们恭敬的言语跟行为就会表现出来。

 

【德育故事 ~ 小故事 真智慧】

         ~蔡礼旭老师 讲述~