Cerita
Budi Pekerti 104
Kesempatan Mendidik Anak
Seorang bunda membawa anak perempuannya berbelanja di
jalan, kebetulan bertemu dengan seorang sahabat, dan sahabat ini berkata pada
si anak: “Kenapa kamu masih belum sekolah?” Oleh karena si anak masih begitu
kecil, dia pun bertanya pada mamanya: “Mama, untuk apa kita bersekolah?” Senior
ini segera menjawabnya: “Dengan bersekolah bisa menghasilkan banyak uang.”
Bermawas diri sejak awal. Jika anda adalah mama si anak,
apa yang mesti dilakukan? Penilaian atau pandangan masyarakat masa kini yang
sedemikian rupa memiliki perbandingan yang amat besar! Sang mama segera
memanfaatkan kesempatan ini dan memberi isyarat menggunakan matanya kepada
sahabatnya, agar sahabatnya ini tidak lagi meneruskan bicaranya.
Lalu dia berkata pada putrinya: “Yang terpenting dalam
menuntut ilmu adalah mempelajari keterampilan, setelah memiliki keterampilan,
kita bisa membantu orang lain dan bisa bersumbangsih untuk masyarakat, kita
harus ingat: ‘Dalam hidup bermasyarakat dan bernegara, harus saling menjaga dan
membantu sesama’.”
Ketika si anak merasa bahwa di dalam lingkungan
masyarakat harus saling membantu, begitu sikapnya ini terbentuk, maka apa yang
akan terjadi ketika kelak di kemudian hari dia bertemu dengan orang dari berbagai
profesi? Dia akan bersikap hormat dan berterima kasih. Namun apabila keterampilan
yang dia pelajari bertujuan untuk mendapatkan uang banyak, kelak dia akan
menempatkan uang sebagai tujuan akhirnya dalam menilai orang lain. Dengan
demikian, dia akan bersikap merendahkan begitu banyak orang.
Jika niat belajar sudah salah, maka apa yang dipelajari
akan bertentangan dengan kebenaran dan jauh dari moralitas. Si mama segera
membimbing putrinya bahwa keterampilan-lah yang harus dipelajari. Oleh karena pemahaman
tentang keterampilan ini sangat luas dan putrinya masih kecil, dengan cara
memberi contoh si mama menjelaskan pada putrinya.
Kebetulan mereka baru keluar dari supermarket dan membeli
beberapa mantou (roti sepan), si mama lalu berkata: “Seperti paman tadi, oleh
karena dia memiliki keterampilan membuat mantou, maka dapat membantu membuatnya
untuk kita, barulah kita bisa memakan mantou, jadi kita harus berterima kasih
padanya. Namun untuk berterima kasih padanya, maukah kamu memberikan boneka
beruang pada paman? Atau memberikan mainan mobil-mobilan kamu padanya? Belum
tentu paman membutuhkan semua barang ini. Maka itu, untuk menunjukkan rasa
berterima kasih, kita bisa memberikan uang padanya. Dengan uang ini, paman bisa
membeli semua barang kebutuhannya.”
Memanfaatkan kesempatan untuk membimbing anak, bahwa
tujuan dari belajar adalah untuk meningkatkan keterampilan, dengan keterampilan
inilah melayani sesama; ketika si anak memiliki sikap sedemikian rupa, maka
kelak dia takkan mudah menjadi angkuh.
Dikutip dari: Ebook “Cerita Budi Pekerti”
( Seputar “Belajar
Keterampilan Hidup” )
Pembicara: Guru Cai Li-xu
Edisi: Tahun 2008
教化实例 ~ 【学习篇】
机会教育
有一个母亲带着小女孩上街买东西,恰巧遇到了一个朋友,这个朋友就跟那个小女孩说:‘你为何还没去念书?’那小女孩还小,小女孩就问她妈妈:‘妈妈,念书要做什么?’结果这位长辈马上跟她说:‘念书可以赚大钱。’慎于始,假如你是母亲,该怎么办?现代这样的价值观占很大的比例!这个母亲立刻就抓住机会点,跟她的朋友用眼光打了一下招呼,叫她不要继续说下去。她就跟女儿说:‘念书最重要是学本事,我们有了本事以后,就可以去帮助别人,在社会上就会有所贡献,我们要记住:“社会国家者,互助之体也”。’当孩子觉得社会就是互相帮助,她的这个态度一形成,以后面对各行各业的人会如何?尊敬、感谢。但是假如她学本事的目的在赚大钱,以后她会如何看待各行各业的价值?钱是最终目的!因此,她就会轻慢很多行业的人。
所以,学问在存心,只要心偏颇了,就会与道德、学问背道而驰。她母亲立刻引导她,告诫她要学本事。学本事很抽象,孩子还那么小,妈妈就用举例的方式。她们刚好从超市出来,买了一些馒头,妈妈就说:‘就像刚刚那个叔叔,因为他有本事,他会做馒头,就可以帮我们做馒头,我们才有馒头可以吃,所以我们要感谢他。可是我们感谢他,能不能把你的玩具熊送给叔叔?还是把你的小汽车送给叔叔?这些叔叔不一定需要。所以,我们感谢叔叔就可以拿些钱送给他,表示我们谢谢他。叔叔也可以拿这些钱,去买他所需要的东西。’借此机会引导孩子,学习的目的在于增长本事,以便服务他人;当她有这种态度,她就不容易傲慢。
【德育故事 ~ 小故事 真智慧】
~蔡礼旭老师 讲述~