Cerita
Budi Pekerti 121
Memahami Kekhawatiran Hati Ayahbunda Sahabat
‘Sebelum memasuki sebuah rumah tanyalah apakah ada
penghuninya’. Setiap kali memasuki sebuah ruangan, kita harus mengetuk pintu
terlebih dahulu, untuk melihat apakah ada orang di dalam, apabila kita masuk
begitu saja, maka akan terlihat sangat tidak beretika. Mari kita perluas
sedikit maknanya, misalnya kita ingin mengunjungi seorang teman, ‘tanyakan
siapa sajakah yang ada di rumahnya’, yakni memahami terlebih dulu siapa saja
senior di keluarganya? Siapa saja anggota keluarganya?
Setelah mengetahuinya dengan jelas, maka ketika
berkunjung ke rumah mereka, kita akan merasa akrab dan tidak asing lagi. Begitu
masuk, kita dapat menunjukkan perhatian berdasarkan hal-hal yang kita tahu
tentang kondisi keluarganya, misalnya: “Bibi, saya dengar beberapa waktu yang
lalu anda sakit, sekarang sudah lebih baik kan!” Seperti kata pepatah: ‘Menunjukkan
sikap ramah dan senyuman terhadap orang yang baru bertemu’, dengan demikian
akan mendekatkan hubungan antar satu sama lain.
Ketika anaknya sangat akrab dengan kita, namun
Ayahbundanya tidak begitu memahami kepribadian diri kita, maka mereka juga akan
khawatir. Maka itu, saya mempunyai sebuah kebiasaan dalam berteman, terhadap
teman yang sudah sangat akrab, saya pasti akan mengunjungi rumahnya, agar
anggota keluarganya juga bisa mengenal diriku dengan baik.
Saya ingat ketika duduk di bangku SMA, saya mempunyai
seorang teman sekelas laki-laki yang sangat baik, sahabat karib saya. Oleh
karena kami sering belajar dan mengerjakan tugas bersama-sama, Ibundanya
menjadi sangat khawatir. Mengapa Ibundanya khawatir? Sebab pada era itu telah
muncul fenomena LGBT. Karena itulah, saya berinisiatif pergi mengunjungi
Ayahbundanya, agar mereka memahami orang bagaimanakah yang sedang menjalin
persahabatan dengan putranya, dengan begitu mereka akan lebih tenang.
Pernah suatu kali, saya hendak pergi ke rumah seorang
teman, temanku ini kemungkinan besar akan langsung keluar denganku, sehingga kesempatan
mengobrol dengan Ayahbundanya akan terlewatkan begitu saja, maka saya pun
membeli sekeranjang apel. Begitu sampai di rumahnya, benar saja pasangan suami
istri ini sudah siap untuk keluar dengan saya.
Saya berkata pada mereka: “Saya sudah sampai di rumah
kalian, tidak sopan jika tidak masuk ke dalam, apalagi saya membawa sekeranjang
buah apel, begitu berat!” Suami istri ini lalu mengajakku naik ke lantai atas. Di
lantai atas, Ayahbundanya sangat senang begitu melihatku, setelah duduk
mengobrol sekitar 2-3 menit, Ayahbundanya langsung berkata: “Kalian pasti ada
urusan, segeralah diselesaikan, jangan ditunda.” Sesungguhnya para senior
sangat pengertian, selalu berpikir untuk kita. Malam itu juga temanku
menelepon, dia bilang Ibundanya ingin mengundangku makan di rumahnya, saya pun
senang hati menerimanya.
Selang beberapa hari, saya datang ke rumah mereka. Ibunda
temanku bilang, hari ini semua hidangan di meja ini adalah masakan vegetarian,
beliau khusus memasak makanan vegetarian untukku. Usai makan, saya dan Bibi pun
duduk sambil mengobrol. Bibi bercerita, anak dari adik perempuannya sejak kecil
diasuh oleh nenek luarnya, maka sudah dipastikan anak ini sangat dimanja.
Ibunda temanku juga tahu bahwa saya pernah menyelenggarakan
“Pusat Pendidikan Budaya Tionghoa Xiaolian” di Haikou, makanya berdiskusi dengan
saya tentang beberapa hal dalam mendidik anak, bahkan mengatakan beberapa
kondisi yang lebih kritis. Saya berkata kepada Bibi, saat makan siapakah yang
harus kita ambilkan makanan terlebih dahulu, begitulah sikap kita dalam
mendidik anak, Ibunda temanku merasa sangat beralasan dan juga dapat menerima
perkataanku.
Temanku yang ikut mendengarkan berkata: “Sejak awal saya
sudah bilang tidak boleh mendidik anak dengan cara dimanja, tapi tidak mau
dengar.” Apakah perlu temanku berkata
demikian? Tidak perlu! Berkata begitu hanya akan membuat malu Ibundanya, harus
bisa tenang dan bersabar, ‘Segala sesuatu bisa tercapai hanya dengan bersabar’.
Dari sini kita bisa menyadari manfaat baik dari ‘Menukar
anak untuk dididik’, oleh karena hubungan antar anggota keluarga terlalu akrab,
maka banyak kata-kata yang terucap kemungkinan akan terdengar biasa. Namun jika
semua perkataan ini diucapkan oleh kerabat atau sahabat dekat, maka efeknya
akan sangat baik. Oleh karena itu, mesti menjalin hubungan dengan sahabat yang
memiliki karakter yang baik, maka akan sangat membantu, baik terhadap keluarga
maupun kehidupan kita.
Dikutip dari: Ebook “Cerita Budi Pekerti”
(Kompilasi Seputar Kehidupan)
Pembicara: Guru Cai Li-xu
Edisi: Tahun 2008
【生活集锦】
要善体友之亲心
「将入门,问孰存。」每当我们要进入房间的时候,一定要先敲门,看看有没有人在,假如直接进入,就显得很唐突。再扩大一点,譬如说要去拜访朋友,「问孰存」就是先了解一下他家里有哪些长辈?有哪些家人?问了以后再去他们家,也会觉得很亲切,不会陌生。一进门,还可以就我们了解的事情,关心一下,譬如说:「伯母,您前一阵子感冒了,现在好多了吧!」俗话说:「见面三分情」,如此就拉近了彼此之间的距离。当他的孩子跟你非常熟悉时,他的父母对你的品德若了解得很少,也会挂心。所以,我交朋友的一个习惯,很熟的朋友一定要到他的家里去拜访,让他的家人对我也很熟悉。
我记得在高中的时候,我有一个很好的同学,跟我走得很近,他是男生。因为常常在一起读书、一起做事,他的母亲就很担心。为什么他的母亲会担心?因为那个时代已经出现了同性恋。因此,我会主动去拜访他的父母,让他们了解儿子正在交往的朋友,他们就安心多了。
有一次,我要去一个朋友家里,我的朋友可能会直接跟我出门,如此就错失了跟他父母交流的机会,所以我就买了一篮苹果。到了他家门口,他夫妻已经准备好跟我出去了。我就说:「都已经到你们家了,不进去不合乎礼仪,何况我又拿了一篮苹果,这么重!」他们夫妻就跟我上楼去。一上楼,他的父母一看到我也很高兴,坐了差不多两、三分钟,他的父母马上说:「你们一定有事要办,赶快去,别耽搁了。」其实长者都很慈祥,会替我们著想。当天
晚上他打电话来,说他母亲要请我吃饭,我就很欢喜答应了。没过几天,我就去他们家吃饭。他母亲说,今天全桌都是素菜,她为我专门煮了素菜。吃完饭以后,我跟他的母亲坐下来聊天。因为他的妹妹生了个女儿,都是外婆在带,外婆难免会比较宠爱。他的母亲也知道我在国学启蒙中心,所以跟我讨论一些教育孩子的问题,提到一些比较关键的情况。当我跟他母亲讲到,夹菜要先夹给谁,及教育孩子的态度,他母亲也很能接受,觉得很有道理。
我这个朋友在旁边说:「早就跟妳讲不能这样教,妳就是不听。」是否需要这样讲?不用!这样让母亲多没面子,要沉得住气,「一切法得成于忍」。从此地我们就可以体会到「易子而教」的好处,因为家里的人太熟悉了,可能很多话听起来都变成老生常谈。但是透过身旁的亲朋好友,再把这些话讲出来,效果就会非常好。因此,要广结善友,对我们的家庭、人生都会有很微妙的帮助。
【德育故事 ~ 小故事 真智慧】
~蔡礼旭老师 讲述~